Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Turun ke 6%, Kabar Baik Bagi Para Pejuang Cicilan?

Bunga kredit bank maupun multifinance (leasing) diharapkan dapat ikut menurun sejalan dengan BI Rate. Namun, penurunan ini kemungkinan tidak dalam waktu dekat.
Pernita Hestin Untari,Reyhan Fernanda Fajarihza
Sabtu, 21 September 2024 | 09:20
Ilustrasi suku bunga perbankan./ Dok. Freepik.
Ilustrasi suku bunga perbankan./ Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA - Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate menjadi harapan angin segar bagi para pejuang cicilan. Pasalnya, penurunan ini diprediksi dapat diikuti oleh suku bunga kredit, baik bank maupun leasing (multifinance).

Namun, sepertinya para pejuang cicilan harus bersabar hingga tahun depan. Ekonom dan Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan dampak penurunan BI Rate terhadap bunga leasing dampaknya akan cukup lama.

"Efek dari penurunan suku bunga acuan ke suku bunga pembiayaan tidak akan langsung satu atau tiga bulan, melainkan bisa hingga enam bulan, bahkan ada yang menyebutkan hingga 12 bulan," kata Huda saat dihubungi Bisnis, pada Jumat (20/9/2024).

Huda mengatakan industri perbankan dan leasing di Indonesia memiliki sifat inelastis terhadap suku bunga acuan ketika turun. Dia menambahkan bunga pembiayaan di Indonesia cenderung landai penurunannya apabila suku bunga acuan turun.

"Terlebih bagi bank besar yang memang susah menurunkan bunga pembiayaan apabila sudah meningkat," katanya.

Hal tersebut juga terkait dengan penyesuaian bunga deposito berjalan yang memang tidak serta merta akan turun. Huda menambahkan akan ada tahapan-tahapan dalam mengukur efek penurunan suku bunga acuan.

Melihat ke belakang, Huda mengatakan pada 2019, suku bunga acuan dipangkas, tetapi efek ke bunga pembiayaan cukup tipis, bahkan cenderung stagnan. "Jadi, walaupun suku bunga BI dan the Fed turun namun efeknya memang cukup panjang bagi perbankan kita untuk menurunkan bunga pembiayaan," katanya.

Hal senada disampaikan oleh Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Moch. Amin Nurdin, yang berpendapat bahwa bank memerlukan waktu sekitar 3—6 bulan untuk menyesuaikan kebijakan bank sentral tersebut.

Pasalnya, suku bunga acuan berpengaruh terhadap dua sisi intermediasi bank, yakni untuk menghimpun (funding) dan menyalurkan (lending) dana.

"Ini dilema saja. Pasti akan ada imbas terhadap net interest income [pendapatan bunga bersih] berkurang, atau NIM [net interest margin/margin bunga bersih]-nya bahkan turun. Nah, ini kan tidak secara langsung,” katanya kepada Bisnis, dikutip pada Jumat (20/9/2024).

Dia melanjutkan, seiring dengan perhitungan instrumen terkait oleh bank, penurunan suku bunga acuan BI belum akan berimbas banyak terhadap performa kredit perbankan dalam jangka pendek.

Lain halnya dalam jangka panjang alias di atas periode 6 bulan. Menurut Amin, usai melakukan koreksi tingkat suku bunga sebagaimana kebijakan BI, bank akan memiliki kelonggaran dan perhitungan lebih matang untuk melakukan ekspansi kredit yang berkualitas.

Dengan demikian, hal tersebut akan memperlebar kemungkinan bahwa kualitas kredit bank akan membaik, sehingga rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) pada bank tersebut juga dapat turun.

"Kualitas kredit mungkin saja membaik kalau diimbangi dengan pemahaman bahwa mereka akan lebih prudent dalam memasarkan kreditnya," ujar Amin.

Sementara itu, dari sisi pemain, PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) menyambut baik kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6%.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Steffano Ridwan menyatakan bahwa langkah tersebut dapat mempercepat pertumbuhan kredit di sektor perbankan.

"Penurunan suku bunga ini memberikan peluang bagi pelaku usaha untuk lebih leluasa mengembangkan bisnisnya karena beban bunga menjadi lebih kecil," ujar Steffano dalam konferensi pers di Kantor Maybank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (19/9/2024).

Menurutnya, penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) merupakan langkah positif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Steffano berharap kebijakan ini akan berimbas pada penurunan biaya dana (cost of fund) dan suku bunga kredit di Maybank Indonesia.

"Kami berharap dapat menurunkan cost of fund, tapi yang terpenting adalah bagaimana kami bisa terus mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan suku bunga yang lebih murah," tambahnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper