Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Indonesia (BI): Uang Palsu UIN Makassar Berkualitas Rendah

Berdasarkan penelitian BI atas sampel barang bukti, uang palsu UIN Alauddin Makassar memiliki kualitas yang sangat rendah.
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) buka suara terkait pengungkapan kasus uang palsu di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan.

Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia, Marlison Hakim menuturkan berdasarkan penelitian BI atas sampel barang bukti, uang palsu tersebut memiliki kualitas yang sangat rendah. 

Marlison menyebut, uang palsu itu sangat mudah diidentifikasi dengan kasat mata melalui metode 3D (dilihat, diraba, diterawang). 

"Uang palsu tersebut dicetak dengan menggunakan teknik cetak inkjet printer dan sablon biasa, sehingga tidak terdapat pemalsuan menggunakan teknik cetak offset sebagaimana berita yang beredar. Hal tersebut sejalan dengan barang bukti mesin cetak temuan Polri yang merupakan mesin percetakan umum biasa, tidak tergolong ke dalam mesin pencetakan uang," jelas Marlison dalam keterangan resminya, Selasa (31/12/2024).

Dia memastikan tidak ada unsur pengaman uang yang berhasil dipalsukan, seperti benang pengaman, watermark, electrotype, dan gambar UV hanya dicetak biasa menggunakan sablon, serta kertas yang digunakan merupakan kertas biasa. 

Dia melanjutkan, uang palsu yang ditemukan berpendar di bawah lampu UV berkualitas sangat rendah pendaran yang berbeda baik dari segi lokasi, warna, dan bentuk dengan uang Rupiah asli. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir untuk tetap dapat bertransaksi secara tunai.

Namun, dia mengingatkan masyarakat tetap perlu berhati-hati dan mengenali ciri-ciri uang asli dengan cara 3D yang dapat diakses pada website BI pada https://www.bi.go.id/id/rupiah/gambar-uang/Default.aspx.

Sementara itu, terkait temuan Polres Gowa yang diduga merupakan sertifikat palsu Surat Berharga Negara palsu dan Deposito BI, Marlison menegaskan Bank Indonesia tidak pernah menerbitkan dokumen sertifikat deposito BI. 

"Sedangkan kepemilikan SBN bersifat scripless [tanpa warkat] artinya tidak ada dokumen sertifikat kepemilikan yang dipegang oleh investor karena kepemilikan investor tersebut dicatatkan secara elektronik," katanya.

Dia melanjutkan, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), temuan uang palsu menunjukkan tren yang semakin menurun seiring dengan meningkatnya kualitas uang seperti bahan uang, teknologi cetak, dan unsur pengaman, yang semakin modern dan terkini. Selain itu, edukasi cara mengenal ciri keaslian uang Rupiah secara masif dan sinergi erat seluruh unsur Botasupal. 

Dia menuturkan, sepanjang 2024 rasio uang palsu tercatat sebesar 4 ppm (piece per million atau 4 lembar dalam setiap 1 juta uang yang beredar).

Catatan tersebut terus menurun dari tahun ke tahun. Marlison menuturkan, pada 2022 dan 2023 rasio uang palsu tercatat sebesar 5 ppm, kemudian 2021 sebanyak 7 ppm, dan 2020 sebesar 9 ppm. Uang palsu bukan merupakan uang Rupiah yang dapat ditransaksikan dan tidak memiliki nilai.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper