Bisnis.com, JAKARTA - Lanskap usaha rintisan (startup) sektor teknologi finansial (tekfin/fintech) Tanah Air tengah diterpa berbagai sentimen negatif. Para pemain pun berlomba membuktikan diri masih on the track menuju profitabilitas, salah satunya Flip.
Sebelumnya, sentimen negatif mulai mencuat akibat maraknya tekfin berkasus sepanjang 2024. Mulai dari dugaan penyelewengan dana, gagal bayar, mismanajemen, bahkan fraud oleh pendiri.
Ketua Indonesia Fintech Society (IFSoc) Rudiantara menilai kasus yang melibatkan startup-startup di sektor tekfin harus menjadi perhatian dan pelajaran bersama buat seluruh pemangku kepentingan terkait.
"Kasus segelintir tekfin tentu akan memengaruhi trust investor. Harus ada perbaikan governance secepatnya dari para pelaku. Perkuat sisi manajemen risiko, komite audit, bahkan sampai ke komite nominasi-remunerasi," jelasnya kepada Bisnis, dikutip Sabtu (8/2/2025).
Pasalnya, menurut Rudi, tekfin masih punya peluang sebagai salah satu primadona pendanaan startup teratas. Sebab, sub-sektor tekfin berizin di Indonesia begitu beragam, tembus 30 jenis, dengan pemegang izin mencapai lebih dari 300 perusahaan. Tekfin di Indonesia bukan hanya soal lending atau pinjam-meminjam.
"Pendanaan ke sektor tekfin masih ada harapan bertumbuh. Tapi hanya ke startup tekfin yang model bisnisnya solid, fundamentalnya sudah kelihatan menuju profitabilitas, dan governance juga harus bagus. Momen ini justru kesempatan bagi para tekfin yang sehat untuk menunjukkan diri agar bisa semakin berkembang," tambahnya.
Baca Juga
Terakhir, pria yang sempat menduduki jabatan menteri komunikasi dan informatika periode 2014-2019 itu turut mengingatkan para pelaku startup bahwa fenomena tech-winter kemungkinan akan berlanjut. Suplai 'uang mudah' dari modal ventura dan family office global tak akan sama seperti sebelumnya.
Hal itu terutama dipicu penurunan suku bunga The Fed yang berlangsung lebih lambat dari ekspektasi pasar. Arus modal cenderung mengalir ke instrumen keuangan konvensional sehingga alokasi investasi mereka ke sektor-sektor startup yang notabene berisiko tinggi pun akan dikurangi.
Sebagai salah satu perwakilan tekfin senior di Tanah Air, CoFounder Flip Rafi Putra Arriyan sepakat bahwa perjalanan bisnis yang sehat merupakan kunci untuk bertahan dan terus bertumbuh.
Sebagai contoh, jelang 1 dekade beroperasi, Flip telah memiliki lebih dari 15 juta pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia. Pendapatan pun bertumbuh 15 kali lipat dalam 5 tahun terakhir, diiringi dengan peningkatan transaksi hingga 30 kali lipat pada periode yang sama.
"Hal tersebut menunjukkan keberhasilan model bisnis kami, serta tingginya adopsi layanan Flip di pasar. Kami telah berada di jalur yang tepat menuju profitabilitas. Kami pun optimistis dengan masa depan adopsi layanan keuangan digital masyarakat Indonesia," jelasnya kepada Bisnis.
Rafi menekankan bahwa setiap tekfin yang mampu menjaga pelanggan setia pasti beriringan dengan komitmennya untuk menjalankan bisnis secara sehat, utamanya dengan menyediakan layanan keuangan yang fair bagi masyarakat.
Contohnya, layanan transfer gratis Flip sangat digemari salah satunya karena pengguna bisa transfer tanpa top-up saldo, tidak seperti e-wallet maupun bank digital. Selain itu, platform juga memprioritaskan kemudahan penggunaan.
"Layanan keuangan kami fair dan transparan, tanpa biaya tersembunyi, dan selalu berkomunikasi secara terbuka dengan pengguna. Jadi banyak pengguna yang telah menggunakan Flip sejak awal dan merasakan manfaatnya, kemudian mau merekomendasikan Flip kepada orang lain," tambahnya.
Saat ini, Rafi menjelaskan Flip belum memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana terbaru dalam waktu dekat. Namun, pihaknya selalu terbuka untuk menjajaki peluang pendanaan yang strategis dan dapat mendukung pertumbuhan Flip.
Ke depan, Rafi optimistis pihaknya mampu terus berkembang menjadi layanan produk transfer paling hemat, dari transfer antarbank gratis, hingga remitansi hemat biaya dari Flip Globe.
"Flip akan terus mengembangkan kemitraan strategis dengan berbagai pihak termasuk salah satu perbankan digital hingga tekfin global, untuk memperluas ekosistem dan dampaknya," jelas Rafi.
Selain itu, Flip akan terus memperluas jangkauan layanannya ke kota-kota tier II dan tier III di Indonesia hingga pasar internasional, khususnya untuk produk remitansi Flip Globe.
Pasalnya, Flip tidak hanya untuk individu, tetapi juga untuk bisnis dari berbagai skala, mulai dari UMKM hingga perusahaan besar lewat Flip for Business.
"Kami telah membantu ratusan ribu UMKM di Indonesia dalam meningkatkan efisiensi. Mulai dari memudahkan transaksi dan pengelolaan keuangan bisnis, seperti transfer massal, transfer internasional, rekonsiliasi otomatis, dan integrasi antar muka aplikasi," tutupnya.