Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harapan Bank Mandiri (BMRI) soal Koperasi Desa Merah Putih

Bank Mandiri berharap pembentukan Koperasi Desa Merah Putih dapat menimbulkan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.
Gedung Bank Mandiri (BMRI)/dok. Bank Mandiri
Gedung Bank Mandiri (BMRI)/dok. Bank Mandiri

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) berharap rencana pembentukan Koperasi Desa Merah Putih dapat menimbulkan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.

Corporate Secretary Bank Mandiri M. Ashidiq Iswara menjelaskan bahwa kehadiran koperasi itu diharapkan menjadi penggerak perekonomian di desa yang menimbulkan efek pengganda (multiplier effect) terhadap perekonomian nasional.

“Akselerasi ini yang kita perlukan untuk tetap tepat guna dan juga tetap berhati-hati,” katanya kepada wartawan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, dikutip Jumat (14/3/2025).

Menurutnya, inisiatif pembentukan Koperasi Desa Merah Putih tidak akan menimbulkan kekhawatiran sepanjang dijalankan secara tepat dan sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Tak hanya dari segi tata kelola, ketepatan guna juga harus tercapai dari segi peruntukan dan target yang disasar.

Dengan demikian, Ashidiq meyakini bahwa Koperasi Desa Merah Putih nantinya dapat menjadi katalis percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat desa.

“Pada akhirnya secara akumulatif dapat mempercepat pembangunan atau pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” tuturnya.

Adapun, bank-bank BUMN sedang bersiap menyambut pembentukan Koperasi Desa Merah Putih yang digagas oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Bank diproyeksikan untuk menyalurkan pembiayaan sebesar Rp3 miliar hingga Rp5 miliar sebagai modal awal per desa.

Pembentukan koperasi itu menyasar hingga 80.000 desa untuk menciptakan pusat perekonomian desa, yakni mencakup pembangunan gudang dan sejumlah gerai yang salah satunya menjual produk pertanian.

Namun, sejumlah risiko mengiringi peranan bank untuk menyukseskan rencana tersebut. Hal ini mencakup potensi kenaikan risiko kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL), serta risiko likuiditas imbas penyerapan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih tinggi untuk penyaluran pembiayaan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper