Bisnis.com, JAKARTA — Rencana IPO Bank DKI dianggap perlu menjadi pertimbangan ulang sejalan dengan kinerja keuangan pada 2024 dan kasus kredit Sritex sebesar Rp149 miliar.
Seperti diketahui, Bank DKI berencana melakukan penawaran saham perdana kepada publik (initial public offering/IPO) setidaknya dalam waktu setahun ke depan. Di sisi lain, perusahaan berhadapan dengan kinerja keuangannya yang mencatatkan penurunan laba bersih. Terbaru, Direktur Utama Bank DKI tahun 2020 Zainuddin Mappa menjadi tersangka, terseret kasus penyaluran kredit kepada PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex sebesar Rp149 miliar.
Dengan kondisi ini, pengamat perbankan dari Ahli Pusat Studi Bisnis (PSB) Universitas Prof Dr. Moestopo Beragama Paul Sutaryono menyarankan agar IPO Bank DKI ditunda hingga kinerja bank milik daerah tersebut menunjukkan perbaikan. Menurutnya, langkah tergesa-gesa justru berisiko membuat saham perdana kurang diminati pasar.
“Bank tidak perlu mengejar target IPO bakal selesai dalam setahun ke depan,” jelas Paul kepada Bisnis, yang dikutip pada Sabtu (23/5/2025).
Idealnya, katanya, calon emiten memiliki kinerja keuangan yang solid. Hal itu bertolak belakang dengan kinerja Bank DKI pada 2024 dengan laba bersih perusahaan yang anjlok 23,69% secara tahunan. Selain itu, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) mengalami kenaikan menjadi 2,54% kendati masih berada di bawah ambang batas aman sebesar 5%.
“Ditambah lagi ada kasus terkait dengan penyaluran kredit ke PT Sritex,” jelasnya.
Baca Juga
Dia menyebut bahwa Bank DKI juga perlu memperhatikan kondisi perekonomian saat ini yang dinilai belum mendukung. Hal itu tecermin pada pertumbuhan ekonomi sebesar 4,87% secara tahunan pada kuartal I/2025.
“Turun dari 5,11% per periode yang sama pada 2024,” jelasnya.
Sebagai informasi, Bank DKI menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada April 2025 yang menetapkan direksi baru dan juga mengubah susunan pengurus. Adapun, tugas utama jajaran baru ini adalah mempersiapkan bank DKI untuk melantai di Bursa Efek Indonesia.
“Tugas utamanya adalah mempersiapkan diri untuk bisa IPO. Berapa waktunya, tentunya sangat bergantung dengan pasar,” jelasnya.
Gubernur Jakarta Pramono Anung juga menargetkan direksi baru bank daerah tersebut segera mengantarkan Bank DKI melantai di Bursa dalam waktu lima bulan, atau paling lama setahun.
“Mudah-mudahan dalam waktu lima bulan, enam bulan atau paling lama 1 tahun Bank DKI sudah bisa IPO dan itu sangat memenuhi syarat,” ujar Pramono.