Bisnis.com, JAKARTA — Sebagian besar ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan atau BI Rate ditahan pada level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur hari ini, Rabu (17/7/2025).
Berdasarkan konsensus dari 33 ekonom yang dihimpun Bloomberg, 18 di antaranya meyakini BI akan mempertahankan BI Rate, sementara 15 sisanya optimistis bank sentral akan memangkas 25 basis poin menuju level 5,25% dalam RDG Juli 2025.
Apabila BI tak mengubah besaran suku bunga acuan, artinya BI telah mempertahankannya dalam tiga bulan terakhir. Sementara jika dipangkas, akan menandakan penurunan BI Rate ketiga kalinya sepanjang tahun ini.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede, satu dari mayoritas ekonom, melihat BI akan mempertimbangkan mempertahankan suku bunga meskipun ruang penurunan sebenarnya terbuka. Pasalnya rupiah sedang mengalami tren apresiasi. Namun, sejumlah perkembangan eksternal menuntut Bank Indonesia untuk bersikap hati-hati.
Pertimbangan utama datang dari memanasnya kembali ketegangan perdagangan global, terutama setelah kebijakan terbaru Presiden AS Donald Trump yang kembali memberlakukan tarif balasan sebesar 32% terhadap sejumlah mitra dagang utama, termasuk Indonesia.
Josua melihat langkah ini langsung memicu kembali sentimen risk-off di pasar keuangan global, yang berpotensi menekan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
Baca Juga
“Dalam kondisi ini, Bank Indonesia cenderung memilih sikap konservatif untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi dengan menahan suku bunga acuan terlebih dahulu, sambil terus memantau perkembangan situasi perdagangan global,” jelasnya, Selasa (15/7/2025).
Di sisi lain, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro yang menjadi minoritas, meski konsensus hampir berimbang, dengan proyeksi pemangkasan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%.
Setidaknya ada tiga alasan, kata Asmo. Mulai dari inflasi yang sudah cukup rendah, tidak ada risiko yang besar untuk rupiah mengalami depresiasi mendalam, serta butuhnya dorongan untuk pertumbuhan ekonomi.
Melihat rupiah sejak RDG terakhir, 18 Juni 2025, kurs JISDOR berada di level Rp16.319 per dolar AS. Sementara pada hari ini, 15 Juli 2025, kurs JISDOR menguat ke level Rp16.218 per dolar AS.
Meski demikian, Josua berpandangan bahwa peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% masih cukup terbuka, dan berpotensi terjadi pada September 2025.
Hal tersebut didasarkan pada prospek semakin jelasnya arah kebijakan perdagangan AS, terutama dengan adanya tenggat waktu perundingan yang jatuh pada 1 Agustus 2025.
Pasalnya pernyataan terbaru dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengonfirmasi bahwa kebijakan tarif 32% yang diterapkan AS terhadap produk ekspor Indonesia ditunda sementara, dengan harapan kesepakatan final dapat tercapai sebelum 1 Agustus.
Menurut Josua, jika kesepakatan ini berhasil dicapai, maka tekanan pada rupiah dapat berkurang secara signifikan, sehingga membuka jalan bagi BI untuk memangkas suku bunga mengikuti tren pelonggaran moneter global yang juga diperkirakan akan dilakukan The Fed pada pertemuan FOMC September 2025.
Trump Pangkas Tarif untuk RI
Dalam perkembangan terbaru, Presiden Donald Trump mengumumkan bakal mengenakan tarif impor sebesar 19% terhadap barang-barang asal Indonesia yang masuk ke AS, lebih rendah dari yang sebelumnya 32%.
Besaran tarif 19% itu disampaikan Trump usai dilakukannya proses negosiasi yang cukup panjang antara pemerintah Indonesia dan AS hingga akhirnya dicapai kesepakatan pada Selasa (15/7/2025).
Dalam kesepakatannya, Trump menyebut bahwa Amerika Serikat tidak akan membayar tarif apa pun kepada Indonesia sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan. Di sisi lain, Indonesia akan dikenakan tarif sebesar 19%
"Mereka akan membayar 19% dan kami tidak akan membayar apa pun ... kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia, dan kami memiliki beberapa kesepakatan yang akan diumumkan," kata Trump seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/7/2025).
Diberitakan sebelumnya, Trump mengumumkan bahwa AS telah mencapai kesepakatan dengan Indonesia soal kebijakan tarif impor. Kesepakatan terjadi usai adanya komunikasi melalui sambungan telepon antara Presiden RI Prabowo Subianto dengan Presiden AS Donald Trump.
Meskipun demikian, belum ada informasi detail dari Trump terkait dengan kesepakatan apa saja yang dimaksud.
"Kesepakatan yang luar biasa, untuk semuanya, baru saja dicapai dengan Indonesia. Saya telah berdialog langsung dengan Presiden mereka yang sangat dihormati. Detailnya akan dilanjutkan!!!" tulis Trump melalui akun media sosialnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (15/5/2025).