Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa pertumbuhan kredit perbankan berada pada level 7,77% secara tahunan (year on year/YoY) pada Juni 2025.
Gubernur BI Perry Wajiyo menyebut bahwa laju pertumbuhan itu lebih rendah dari torehan per Mei 2025 yang sebesar 8,43% YoY. Realisasi ini juga melanjutkan perlambatan yang mulai pada Maret 2025.
Jika dirinci, pada Januari 2025, kredit masih tumbuh double digit sebesar 10,27% YoY dan Februari 2025 sebesar 10,30% YoY. Kemudian melambat mulai Maret 2025 sebesar 9,16%, dan berlanjut pada April dan Mei dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 8,88% dan 8,43%.
“Kredit perbankan pada Juni 2025 tumbuh sebesar 7,77% YoY, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2025 yang sebesar 8,43% YoY,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (16/7/2025).
Dia menjelaskan bahwa dari sisi penawaran, perkembangan ini dipengaruhi oleh perilaku bank yang cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
Hal ini terjadi di tengah simpanan atau dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh meningkat menjadi 6,96% YoY pada paruh pertama tahun ini.
Baca Juga
Menurutnya, perkembangan tersebut mengakibatkan bank cenderung menempatkan pada surat-surat berharga dan meningkatkan standar penyaluran kredit lending standar.
Dari sisi permintaan, perkembangan kredit juga dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi yang perlu terus didorong. BI juga menilai bahwa kredit sektor perdagangan, pertanian, dan jasa dunia usaha perlu ditingkatkan untuk mendukung pembiayaan ekonomi.
“Berdasarkan penggunaan, kredit investasi, kredit konsumsi, dan kredit modal kerja masing-masing tumbuh sebesar 12,53%, 8,49%, dan 4,45% pada Juni 2025,” lanjutnya.
Sementara itu, pembiayaan syariah tumbuh sebesar 8,37% YoY, sedangkan pertumbuhan kredit UMKM masih rendah sebesar 2,18% YoY hingga bulan keenam tahun ini. “Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong penyaluran kredit perbankan, termasuk melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif,” tukas Perry.