Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah ekonomi yang semakin tidak menentu dan berbagai ancaman mulai dari kenaikan harga hingga pemutusan hubungan kerja, banyak orang mulai berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang dan berfoya-foya.
Setelah pandemi beberapa tahun belakangan, muncul tren "revenge spend" (belanja balas dendam), yang menjadi populer di mana banyak orang berfoya-foya untuk melakukan perjalanan, makan makanan enak dan mahal, dan berbelanja banyak setelah periode karantina wilayah yang panjang.
Hal ini cukup besar berdampak pada tingkat tabungan masyarakat, termasuk di Indonesia yang sampai dalam fenomena "makan tabungan". Karena menurut Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Februari 2025 menunjukkan proporsi tabungan mencapai titik terendah sejak Desember 2021, yaitu 14,7%, yang didorong oleh fenomena "makan tabungan" dan penurunan daya beli.
Menyadari kondisi ini, kini, tren sebaliknya justru semakin populer.
"Revenge saving" atau tabungan balas dendam menekankan upaya memperbaiki kebiasaan keuangan yang buruk dengan berhemat secara agresif atau membatasi pengeluaran Anda saat ini.
Baca Juga
Apa itu Revenge Saving?
Berlawanan dengan Revenge Spending atau pengeluaran balas dendam, Revenge Saving atau tabungan balas dendam adalah memilih untuk menyisihkan uang untuk keperluan darurat dengan intensitas yang sama.
Setelah pandemi Covid-19, banyak orang ingin mengejar waktu yang hilang, berfoya-foya untuk melakukan perjalanan, mencari pengalaman, dan banyak lagi.
Namun kini, kebutuhan pokok seperti sewa, bahan makanan, dan bensin jauh lebih mahal daripada beberapa tahun lalu, akibat inflasi yang terus-menerus, kenaikan suku bunga, dan pajak yang lebih tinggi.
Karena merasakan sengatan penyesalan, banyak yang mulai mengendalikan kebiasaan belanja impulsif mereka dan beralih ke pola pikir baru tentang uang yang dikenal sebagai Revenge Saving atau tabungan balas dendam.
Penting untuk dicatat bahwa tabungan balas dendam cenderung didorong oleh rasa takut atau bersalah, alih-alih perencanaan jangka panjang.
Tabungan ini merupakan bentuk perlindungan dan pengendalian diri di masa keuangan yang tidak menentu.
Meskipun demikian, tren ini mendorong kebiasaan belanja yang lebih terarah dan pengaturan ulang prioritas keuangan, dan data menunjukkan bahwa cara ini berhasil.
Di AS, setelah terjasi penurunan tajam dari 2020 ke 2021, tingkat tabungan pribadi mulai pulih pada 2024, menandakan bahwa konsumen membuat perubahan serius pada kebiasaan keuangan mereka.
Cara Menabung untuk "Balas Dendam"
Bagi sebagian orang, menabung untuk balas dendam merupakan bagian dari rebranding pribadi setelah fase keuangan yang gegabah. Hal ini dapat mwnjadi dorongan terutama bagi orang yang ingin kembali mengendalikan keuangan mereka.
“Keindahan menabung untuk balas dendam adalah saat Anda mulai menabung, sensasinya dimulai dan akan terus berlanjut. Manfaatnya bertambah seiring bertambahnya tabungan melalui kontribusi, dan, jika uang diinvestasikan dengan baik, melalui pertumbuhan majemuk yang kuat," kata Bobbi Rebell, pakar keuangan pribadi di CardRates.com.
Lantas, bagaimana cara menabung untuk balas dendam dengan cara yang sehat dan efektif?
1. Temukan strategi penganggaran yang tepat untuk Anda
Anggaran tidak cocok untuk semua orang; penting untuk memilih strategi penganggaran fleksibel yang selaras dengan gaya dan kebutuhan pengeluaran Anda. Memiliki anggaran yang ketat dapat membantu Anda menghemat uang dengan cepat, tetapi mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.
Ada beberapa strategi penganggaran yang perlu dipertimbangkan, seperti aturan 50/20/30, penganggaran berbasis nol, dan metode penganggaran amplop, yang semuanya bekerja secara berbeda dan menarik bagi berbagai macam kepribadian keuangan.
Ketika harus mengendalikan tabungan Anda, menyesuaikan kebiasaan belanja Anda adalah hal pertama yang harus dinilai.
Periksa anggaran Anda untuk menemukan pembelian kecil yang sebenarnya tidak Anda butuhkan, seperti layanan streaming tambahan atau membeli kopi. Kemudian gunakan dana tersebut untuk mencapai tujuan penghematan balas dendam Anda.
Ambil langkah yang sederhana seperti memasak beberapa makanan di rumah dibandingkan memesan makanan di ojek online sehingga dapat menghemat sampai Rp1,5 juta atau lebih per bulan.
2. Mulailah dari jumlah kecil dengan tujuan yang jelas
Tidak ada aturan yang mengatakan Anda harus berhenti total dan tidak mengeluarkan uang sama sekali. Anda dapat meningkatkan tabungan Anda sedikit demi sedikit hingga lebih dari yang Anda belanjakan.
Bersikaplah realistis tentang berapa banyak yang dapat Anda tabung dengan nyaman dan cobalah untuk meningkatkan jumlah tersebut seiring waktu.
Tetapkan tujuan, baik jangka pendek atau jangka panjang. Apakah ingin pulih dari periode pengeluaran berlebih, membangun jaring pengaman finansial, atau menabung untuk pembelian besar? Pilihlah tujuan yang membuat menabung terasa bermakna.
3. Coba tantangan tanpa pengeluaran
Tantangan tanpa pengeluaran adalah cara menabung menjadi seperti permainan yang akan membantu Anda tetap termotivasi.
Misalnya, Anda dapat menantang diri sendiri untuk tidak mengeluarkan uang selama 24 jam, lalu menyimpan dana yang seharusnya Anda gunakan untuk hiburan atau makan di luar ke dalam rekening tabungan berbunga tinggi.
Cobalah melakukan ini sebulan sekali, atau bahkan seminggu sekali, dan saldo tabungan Anda akan tumbuh dengan pesat.