Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UNTUNG BESAR TRANSAKSI VALAS: Integritas BI Dipertanyakan

Integritas dan profesionalitas otoritas moneter dalam menjaga stabilitas nilai tukar dipertanyakan karena adanya konflik kepentingan yang menggoda pengelolanya untuk mencari untung dengan membiarkan peningkatan depresiasi dan volatilitas rupiah, hingga target kurs yang diamanatkan UU APBN selalu gagal.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Integritas dan profesionalitas otoritas moneter dalam menjaga stabilitas nilai tukar dipertanyakan karena adanya konflik kepentingan yang menggoda pengelolanya untuk mencari untung dengan membiarkan peningkatan depresiasi dan volatilitas rupiah, hingga target kurs yang diamanatkan UU APBN selalu gagal.

Roso Daras, peneliti Garuda Institute mengatakan semua pihak harus menyadari bahwa di tengah penderitaan rakyat Indonesia dalam hampir 2 tahun terakhir akibat kebijakan pengetatan moneter, BI justru meraup untung besar dari operasi moneternya.

“Lihat sekeliling Anda. Hampir semua bank labanya turun. Lha ini BI malah untung besar,” ujarnya, Minggu (2/8).

Pada 2014, BI meraup surplus Rp41 triliun, dengan penghasilan Rp93 triliun, naik 31% atau Rp22 triliun dari tahun sebelumnya Rp71 triliun. Kontributor utamanya selisih kurs transaksi valas, yang lompat 55% sebesar Rp18 triliun dari Rp34 triliun menjadi Rp52 triliun. Surplus, penghasilan, dan laba kurs itu rekor tertinggi dalam sejarah BI.

Sejalan dengan itu, BI membayar PPh Pasal 29-nya sebesar Rp12 triliun, atau melompat 20 kali lipat dari tahun sebelumnya yang Rp601 miliar. Tarif PPh 29 adalah 25%, sehingga penghasilan kena pajaknya sekitar Rp48 triliun. Pembayaran pajak ini juga rekor tersendiri, hingga menempatkan BI sebagai salah satu pembayar pajak terbesar.

Namun, dalam laporan keuangannya, BI menyatakan pendapatan selisih kurs transaksi valas itu adalah dampak dari penjabaran transaksi valas ke rupiah dalam rangka pengelolaan devisa dan pelaksanaan kebijakan moneter. “Meningkatnya pendapatan itu bukan tujuan, namun dampak dari pelaksanaan kebijakan yang ditempuh BI.”

Laporan itu juga menyebutkan, pada 2014 BI menggunakan dana cadangan tujuan—yang bersumber dari surplus akibat laba kurs tadi—sebesar Rp806 miliar. Perinciannya, Rp757 miliar untuk pembaruan dan penggantian aset tetap, sisanya Rp49 miliar untuk pengembangan organisasi dan sumber daya manusia.

Relasi Laba Kurs BI dengan Depresiasi & Volatilitas
Uraian201420132012
Target APBNP (Rp/US$)11.69.6009.000
Realisasi (Rp/US$)11.81210.4459.358
Depresiasi (%-yoy)1210,46,3
Volatilitas (%-yoy)10,269,714,30
Laba kurs BI (Rp triliun)51,9733,577,42
Surplus BI (Rp triliun)41,2337,415,82
Sumber: LPI BI 2012-2015

Akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah telah menembus batas psikologisnya yang baru, Rp13.500 per dolar AS, tertinggi sejak krisis moneter 1998.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper