Bisnis.com, JAKARTA – Persaingan kepemilikan aset bank papan atas semakin ketat, terutama bank yang ada di lapis kedua. Sejumlah bank mampu memanfaatkan momentum untuk membukukan kinerja yang positif meski masih yang kian terperosok.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, posisi lima besar bank dengan nilai aset tertinggi masih tak tergoyahkan. Hampir semua bank umum kelompok usaha (BUKU) IV mencatatkan pertumbuhan aset dua digit, kecuali PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang tumbuh 6,5% year on year (yoy).
Dengan total aset secara individu bank sebesar Rp978,38 triliun, bank berkode BMRI itu menguntit posisi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang telah menembus level Rp1.000 triliun, tepatnya Rp1.076,44 triliun.
Sementara itu, dari kelompok bank BUKU III, terjadi sundul menyundul peringkat karena sejumlah bank cukup agresif menumpuk aset, salah satunya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Beberapa tahun terakhir, kenaikan aset BTN terus berada di atas level 20% dan membuat rankingnya meningkat satu level dari posisi ranking 7 pada 2015. Bank spesialis kredit perumahan itu membukukan total aset Rp261,37 triliun sepanjang 2017, tumbuh 22,0% (yoy).
BTN sempat yakin akan mampu masuk peringkat lima besar kepemilikan aset per akhir tahun 2017, tetapi urung tercapai. “Tahun lalu masih selisih Rp2 triliun,” ujar Direktur Keuangan dan Treasuri BTN Iman Nugroho Soeko kepada Bisnis, Selasa (20/2/2018).
Baca Juga
Tahun ini perseroan tetap optimistis mengejar pertumbuhan dua digit. Dengan selisih yang semakin tipis dari CIMB Niaga, BTN semakin optimistis masuk di kelompok 5 besar kepemilikan aset pada 2018. “Tahun ini proyeksi aset tumbuh sekitar 20%,” tambah Iman.
Selisihnya semakin tipis dan berpotensi menyodok posisi PT Bank CIMB Niaga Tbk. yang saat ini menduduki peringkat 5 bank papan atas. CIMB Niaga adalah bank BUKU IV dengan aset Rp263,46 triliun.
Kenaikan yang signifikan juga dicatatkan oleh PT Bank OCBC NISP Tbk. Bank milik OCBC Group Singapura itu melanjutkan pertumbuhan aset dua digit yakni sebesar 11,2% menjadi Rp153,77 triliun pada 2017.
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk. Parwati Surjaudaja menyampaikan pihaknya tidak secara khusus mematok pertumbuhan aset dua digit.
Tahun ini perseroan OCBC NISP diharapkan kembali tumbuh dengan menoptimalkan sinergi dengan OCBC group serta lewat sinergi internal untuk meningkatkan kepuasan nasabah.
“Pada prinsipnya kami senantiasa menargetkan untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan. Strategi tahun 2018 pun kami akan tetap tumbuh secara prudent agar dapat terjaga sustainability-nya,” katanya kepada Bisnis Selasa (20/2/2018).
Selisih jumlah aset OCBC NISP saat ini hanya berbeda tipis dengan peringkat 10 besar, yakni PT Bank Danamon Indonesia Tbk. dengan nilai Rp153,44 triliun.
Kenaikan tersebut membuat posisi OCBC NISP naik dua level ke peringkat 9, mengejar PT Bank Maybank Indonesia Tbk. yang juga naik satu tingkat ke ranking 8.
Total nilai aset Bank Maybank pada 2017 mencapai Rp160,55 triliun, tumbuh 3,5% (yoy). Bank asal Malaysia itu perlahan tapi pasti terus meningkat dari posisi 10 besar pada 2015.
Setali tiga uang, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. juga cukup agresif memupuk kenaikan aset dua digit dalam dua tahun terakhir. Bank BJB membukukan total aset Rp108,4 triliun, tumbuh 13,1% (yoy).
Kinerja perseroan membuat peringkat asetnya naik secara gradual dari posisi 14 besar pada 2015 ke level 13 besar pada 2016 dan menjadi 12 besar pada akhir 2017.
Di tengah tren kenaikan itu, aset beberapa bank masih terpuruk. Sebagai contoh ada PT Bank Permata Tbk. yang turun dari peringkat 8 ke peringkat 11 besar.
Berdasarkan data laporan keuangan bulanan (unaudited), jumlah aset Bank Permata pada akhir Desember 2017 sebesar Rp148,09 triliun, turun 4,5% (yoy).
Meski trennya menurun, koreksi aset tersebut tidak sedalam tahun sebelumnya, di mana aset perseroan turun hingga 14,93% dari Rp182,41 triliun pada 2015, ketika perseroan masih ada di peringkat 6 bank papan atas. Secara keseluruhan, dalam tiga tahun terakhir nilai aset Bank Permata telah turun Rp34,32 triliun atau sebesar 18,8%.
Sementara itu, Bank Danamon yang pada 2016 juga sempat membukukan penurunan aset sebesar 7,8% dari Rp162,08 triliun, mulai mampu berbalik arah. Tahun lalu, Bank Danamon mencatatkan pertumbuhan aset 2,6% (yoy) dan rankingnya stabil di peringkat 10.
Beberapa bank skala menengah lainnya juga menunjukkan penurunan peringkat dalam lanskap kepemilikan aset, seperti PT Bank Bukopin Tbk. turun satu peringkat dari level 12 ke level 13.
Terakhir, PT Bank UOB Indonesia dan PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk masih stabil di posisinya masing-masing yakni peringkat 14 dan 15.