Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Stagnan, Simpanan Nasabah Mulai Merangkak Naik

Penghimpunan dana pihak ketiga perbankan mulai terakselerasi menjelang tutup tahun 2018. Padahal, sejak paruh pertama tahun ini pertumbuhan likuiditas perbankan sempat stagnan di level 6%.
Nasabah melakukan transaksi perbankan di galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/9/2018)./JIBI-Rachman
Nasabah melakukan transaksi perbankan di galeri Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat, Senin (3/9/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Penghimpunan dana pihak ketiga perbankan mulai terakselerasi menjelang tutup tahun 2018. Padahal, sejak paruh pertama tahun ini pertumbuhan likuiditas perbankan sempat stagnan di level 6%.

Berdasarkan Analisa Uang Beredar yang diterbitkan Bank Indonesia, penghimpunan dana pihak ketiga per Oktober naik 7,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp5.387 triliun.

Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan, kondisi pada tahun ini terbilang anomali. Akselerasi dana pihak ketiga (DPK) pada bulan lalu terbilang lamban di tengah penyaluran kredit yang sedang melaju kencang.

“Secara historis kalau kredit naik tinggi, DPK akan ikut sekitar 3 bulan setelahnya,” katanya kepada Bisnis, Senin (3/12/2018).

Berdasarkan data bank sentral, pertumbuhan tahunan kredit menyentuh angka dua digit sejak Mei 2018. Pada kuartal III/2018, penyaluran pembiayaan mencapai 13,1% yoy.

Doddy menjelaskan, transmisi pertumbuhan kredit ke DPK berjalan lamban pada tahun ini karena ada perbedaan jenis pembiayaan yang berperan cukup signifikan.

“Sebelumnya yang mendorong itu kredit modal kerja perdagangan dan kredit konsumsi. Dua ini membuat perputaran uang berjalan cepat,” jelasnya.

Sementara itu, tahun ini sektor infrasktruktur yang menjadi bintang utama portofolio kredit perbankan. Menurut Doddy, bidang usaha ini banyak menyerap kebutuhan produksi dari luar negeri, sehingga perputaran uang tidak secara langsung terjadi di Tanah Air.

Kendati demikian, bukan berarti DPK tidak memiliki kesempatan tumbuh lebih kencang. Doddy memprediksi tahun ini bisa ditutup dengan pertumbuhan tahunan DPK di kisaran 7%—8%.

“Selanjutnya bertahap pada awal tahun depan menjadi 8%—9%, tapi karena kredit masih tumbuh, LDR [loan to deposit ratio] masih akan pada kisaran 94%” ujarnya.

Adapun capaian DPK per Oktober 2018 didorong oleh deposito dan giro yang masing-masing tumbuh sebesar 4,5% dan 9%, lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun pada periode tersebut tabungan justru melemah. Dana murah bank ini tumbuh 10,1% yoy per Oktober 2018, di bawah capaian September, yakni 11,1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper