Parameter | Maret 2011 | Maret 2012 |
Kredit | 35,67 | 43,56 |
DPK | 32,97 | 39,41 |
Aset | 47,63 | 57,21 |
Sumber : Bank Indonesia |
JAKARTA: Industri bank perkreditan rakyat (BPR) mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp43,56 triliun pada akhir triwulan I/ 2012, meningkat 22,19% dibandingkan dengan setahun yang lalu yang tercatat Rp35,67 triliun.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), sebagian besar kredit yang disalurkan oleh industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diperuntukan bagi modal kerja dengan nilai Rp20,91 triliun atau sekitar 48% dari total pinjaman.
Tidak berbeda jauh nilainya, porsi kredit konsumsi dari bank mikro tersebut mencapai 46% atau sebesar Rp20,04 triliun. Sementara itu sisanya adalah kredit investasi dengan nilai Rp2,59 triliun.
Pada sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) terjadi peningkatan sebesar 19,53% selama setahun terakhir menjadi Rp39,41 triliun pada Maret 2012 dari Rp32,97 triliun dari Maret 2011.
DPK tersebut masih didominasi oleh deposito yang memiliki struktur biaya lebih mahal, dengan portofolio Rp27,09 triliun. Sementara itu tabungan memiliki portofolio sebesar Rp12,33 triliun.
Seperti yang telah terjadi selama ini, sebagian penyaluran kredit industri BPR didanai oleh pinjaman dari bank lain (linkage program) dengan jumlah mencapai Rp6,5 triliun.
Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) industri terpantau cukup kuat di level 29,74%. Sementara itu rasio intermediasi mencapai 81,33%.
Pada data yang sama juga disampaikan tingkat return on asset (ROA) sebesar 3,71% dan return on equity (ROE) 32,8%. Sementara itu tingkat kredit bermasalah berada pada level 5,56%.
Kinerja tersebut telah mendorong kenaikan aset industri BPR mencapai Rp57,21 triliun meningkat dibandingkan dengan sebelumnya Rp47,63 triliun.
Joko Suyanto, Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo), belum bisa berkomentar terhadap perkembangan kinerja industri sama akhir triwulan I/2012. Dia sedang rapat sehingga belum bisa menjawab pertanyaan dari Bisnis. (sut)