JAKARTA: Henry Koenaifi, Direktur PT Bank Central Asia Tbk, menilai penerapan kebijakan loan to value di pembiayaan otomotif akan mendorong masyarakat untuk menunda melakukan pembelian mobil atau motor.
“Mobil itu beda dengan rumah, karena tidak memiliki nilai investasi. Mobil itu konsumtif jadi orang lebih memilih untuk menunda membeli,” ujarnya dalam seminar Masa depan indutri perbankan, multifinance, otomotif dan real estate pasca penetapan pembatasan uang muka kredit, yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia dan Infobank, hari ini, Selasa 15 Mei 2012.
Namun, apabila masyarakat tersebut butuh mobil, maka dia akan menurunkan kualitas barangnya yang akan dibeli.
“Misalnya orang niat untuk beli Avanza baru, setelah kebijakan LTV dia akan beli Avanza bekas,” jelasnya.
Hal tersebut, lanjutnya, juga akan mendorong masyarakat lebih lama mengganti kendaraan bermotor. “Kalau orang biasanya ganti mobil setiap 4 tahun, maka dia akan ganti setiap 5 tahun.”
Dia menilai kebijakan LTV akan berpengaruh lebih besar pada pembiayaan motor, yang diprediksi turun 20%--25%. Kehilangan persentase itu karena sebagian tidak layak dibiayai dan sebagian lagi memilih untuk menunda.
“Yang tidak layak itu selama ini berperan untuk mendorong NPL [non performing loan/rasio kredit bermasalah cukup bermasalah.”
Pada pertengahan Juni mendatang, Kebijakan LTV akan diberlakukan yang dengan dampak kenaikan uang muka, pada mobil, motor dan kendaraan niaga. (Bsi)
JANGAN LEWATKAN:
>>> 10 ARTIKEL PILIHAN REDAKSI HARI INI