PALU -- Realisasi penyaluran kredit oleh bank umum di Sulawesi Tengah pada posisi Desember 2012 sebesar Rp13,73 triliun atau tumbuh 7,28% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah Wuryanto mengatakan peningkatan kredit di wilayah itu karena adanya penambahan jumlah jaringan kantor bank umum.
“Menurut jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit terbesar didominasi oleh kredit investasi yang tumbuh sebesar 46,04%, diikuti kredit konsumsi sebesar 35,88% dan kredit modal kerja hanya 4,29%,” ungkap Wuryanto, Senin (11/2/2013).
Adapun Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada posisi Desember 2012 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 64,13% menjadi 47,38%.
Hal itu menunjukkan bank semakin efisien dalam pengeluaran biaya operasionalnya.
Sejalan dengan hal tersebut, kemampuan bank dalam memperoleh laba yang ditunjukkan dengan Rasio Return on Asset (ROA) meningkat dari 7,14% menjadi 8,14%.
Meningkatnya perolehan laba terutama disebabkan oleh meningkatnya pendapatan bunga dari pihak ketiga bukan bank.
Kualitas kredit bank umum pada posisi Desember 2012 juga membaik dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Tercermin dari jumlah kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs)-gross menurun dari 2,77% pada Desember 2011, menjadi 1,74% pada Desember 2012.
Secara sektoral, pangsa kredit yang diberikan bank umum masih didominasi oleh sektor penerima kredit bukan lapangan usaha yaitu sebesar Rp7,25 triliun atau sebesar 52,86% dari total kredit yang diberikan, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp3,97 triliun atau 28,98%.
Tingginya kredit sektor perdagangan umumnya tersalurkan untuk perdagangan eceran yang jumlahnya semakin banyak di Sulteng.
Sementara itu, kredit yang diberikan untuk sektor pertanian, perburuan dan kehutanan porsinya masih relatif kecil, yaitu sebesar Rp530 miliar atau 3,86% dan jumlah kredit pada sektor perikanan hanya sebesar Rp49 miliar dengan porsi 0,36%.
“Kecilnya kredit pada sektor yang memiliki porsi terbesar pada pertumbuhan ekonomi Sulteng perlu menjadi perhatian kita bersama untuk peningkatannya secara bertahap, mengingat sektor pertanian dan perikanan merupakan bagian hulu sehingga diharapkan penyerapan tenaga kerja dan multiplier effect-nya akan lebih optimal,” ungkapnya.
Dia juga berharap ke depan, bank sebaiknya diarahkan dalam pembiayaan kredit produktif dan mengurangi penyaluran kredit yang sifatnya konsumtif.
Pemberian kredit produktif dapat lebih cepat dalam menggerakkan roda perekonomian daerah dan lebih banyak menyerap tenaga kerja.
Namun demikian, dalam penyaluran kredit produktif tetap berpedoman pada asas-asas pemberian kredit yang sehat dan prinsip kehati-hatian serta meningkatkan manajemen risiko kredit.
Pendapatan bank saat ini masih bertumpu pada bunga kredit yang mencerminkan masih besarnya dominasi kredit dalam kegiatan perbankan.
Selain itu menurutnya, bank juga masih bertumpu pada sektor ekonomi yang dianggap prospektif dan aman, terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran serta pembiayaan konsumen dengan skala usaha mikro, kecil dan menengah.