Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia mendorong perbankan nasional, khususnya Bank BUMN untuk membentuk prinsipal kartu kredit lokal karena memiliki potensi yang besar dalam pasar domestik.
Ronald Waas, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan penerbit kartu kredit domestik sebenarnya tidak terlalu memerlukan prinsipal internasional mengingat sekitar 90% transaksi dilakukan di dalam negeri.
“Lebih baik kita punya prinsipal lokal karena potensi untuk garap pasar domestik sangat besar,” ujarnya akhir pekan lalu.
Menurutnya, bank sentral dalam berbagai kesempatan terus mendorong perbankan nasional untuk mendirikan prinsipal kartu kredit lokal.
Meski demikian dia menyadari ada kendala dalam pembentukan prinsipal kartu kredit lokal karena membutuhkan biaya besar. “Masalahnya lebih ke TI [Teknologi informasi] karena butuh biaya yang besar,” ujarnya.
Saat ini ada lima prinsipal kartu kredit yang beroperasi di Indonesia dan semuanya merupakan anak usaha dari perusahan asing. Kelima prinsipal tersebut adalah American Express, Japan Credit Bureau, Mastercard, Visacard, dan China Union Pay.
Sebenarnya, Bank Central Asia (BCA) sudah memulai untuk menggunakan jaringan sendiri dalam transaksi kartu kredit sejak beberapa tahun terakhir. BCA bekerja sama dengan PT Rintis Sejahtera yang mengelola jaringan Prima dan memiliki izin operasional kliring dan settlement kartu kredit.
Meski menggunakan jaringan sendiri, kartu kredit bertajuk BCA Card tersebut telah dapat digunakan di luar negeri seperti Singapura.
Namun, BCA juga menerbitkan kartu kredit lain yang bekerja sama dengan Visa maupun Mastercard.
Selama periode Januari—September 2013, volume transaksi kartu kredit yang diterbitkan oleh 22 penerbit mencapai 176,83 juta transaksi senilai Rp162,94 triliun. Adapun jumlah kartu kredit yang beredar mencapai Rp14,9 juta. (ra(