Bisnis.com, JAKARTA – Utang luar negeri jangka pendek Indonesia meningkat US$2,2 miliar atau sekitar 4,9% menjadi US$47,09 miliar selama September lalu, di tengah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), peningkatan itu banyak terjadi pada utang luar negeri swasta sebesar US$1,58 miliar menjadi US$40,13 miliar pada akhir September 2013.
Sementara itu, utang luar negeri pemerintah dengan tenor maksimal 1 tahun hanya meningkat US$264 juta.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan pihaknya selalu meminta kalangan swasta untuk selalu berhati-hati dalam melakukan pinjaman dalam bentuk valuta asing. “Himbauan ini sudah dilakukan secara teratur,” ujarnya Jumat (22/11/2013).
Dalam beberapa kesempatan, BI juga meminta kepada para pelaku usaha untuk melakukan lindung nilai atau hedging terhadap utang luar negeri. Bank Sentral juga telah mengeluarkan kebijakan tentang hedging valas guna meningkatkan transaksi lindung nilai.
Nilai tukar Rupiah telah melemah 426 poin menjadi Rp11.700/US$ pada Jumat (22/11) dibandingkan dengan dengan akhir bulan lalu yang masih bertengger di level Rp11.274/USS. Pada perdagangan hari ini, Rupiah menguat 5 poin dibandingkan dengan kemarin Rp11.705/US$.
Menurut Agus, pelemahan Rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir lebih pada respon pasar terhadap hasil dari rapat Bank Sentral AS (Fed Open Market Committee) pada akhir Oktober lalu dan terbit pada Kamis dini hari.