Bisnis.com, Hong Kong—Secara keseluruhan pinjaman di Asia rebound pada tahun lalu akibat perusahaan pengaju pinjaman berusaha mengambil keuntungan dari penurunan suku bunga kredit terbesar dalam satu dekade.
China National Offshore Oil Corp. dan Origin Energy Ltd. memimpin peminjam terbesar dengan mendorong volume pinjaman di kawasan Asia-Pasifik kecuali Jepang dengan US$423,6 miliar dari sebelumnya US$387,6 miliar pada 2012.
Margin bunga rata-rata yang dibebankan untuk pinjaman dalam mata uang dolar AS menyusut 23 basis poin, terbesar setidaknya sejak 2003 menjadi 267 basis poin.
Setelah anjlok 16% pada 2012, jumlah pinjaman melonjak tahun lalu menjelang langkah Federal Reserve yang akan mengurangi pemberian stimulus dimana hal tersebut menyebabkan volatilitas di pasar obligasi dan mengakibatkan penurunan harga kredit.
Penjualan obligasi dalam bentuk dolar di kawasan, turun hampir 50% menjadi US$44,9 pada paruh kedua 2013 dari US$82.6 dalam 6 bulan pertama tahun sebelumnya.
“Pengetatan harga di pasar pinjaman memiliki dampak positif pada volume secara keseluruhan pada 2013,” ujar Priscilla Lee, Kepala Sindikasi Pinjaman Asia Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd di Hong Kong, Jumat (3/1/2014). Menurutnya, penurunan lebih lanjut tidak mungkin terjadi tahun ini.
Margin bunga turun di delapan dari 11 pasar kredit Asia-Pasifik pada 2013. Di Hong Kong rata-rata margin menyempit senilai 55 basis poin menjadi 230, sehingga peluang keuntungan melonjak 81% ke rekor US$63,4 miliar.
Di Indonesia, CT Corp. mendekati pemberi pinjaman pada November untuk pemberian fasilitas senilai US$1,275 miliar yang sebagian dana US$750 juta akan digunakan untuk akuisisi pinjaman yang telah disepakati pada Maret. (Bloomberg)