Bisnis.com, JAKARTA—Meningkatnya nilai dan transaksi pengguna kartu tahun ini, semakin berpotensi untuk memunculkan fraud (penipuan) pada nasabah.
General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) Steve Marta memprediksikan angka fraud tahun ini akan meningkat karena ada transaksi e-commerce, tetapi fraud rate di Indonesia masih sangat kecil bila dibandingkan dengan fraud rate di negara-negara Asia Tenggara.
“Tahun ini akan lebih banyak fraud karena adanya [transaksi] e-commerce,” ungkapnya pada Bisnis, Rabu (5/2/2014),
Untuk menghindari terjadinya fraud (penipuan), dia menyarankan kepada nasabah untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan kartu dalam bertransaksi.
Senior General Manajer Gruop Bisnis Card PT Bank Central Asia Tbk. Santoso mengungkapkan fraud rate di perseroan masih lebih rendah yakni 0,017% dibanding industri perbankan secara keseluruhan yakni 0,027%.
“Rentanya fraud karena kartu kredit dan debet di Indonesia belum menggunakan chip, sehingga negara yang juga belum menggunakan chip bisa mencuri data pengguna kartu dari Indonesia,” tuturnya.
Santoso menuturkan kasus terbesar adalah pencurian data nasabah. Contohnya, pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut membuat kartu duplikat dari kartu duplikat telah berisi data nasabah, kemudian melakukan transaksi di Amerika Serikat dan juga negara lain yang belum menggunakan cip.
Santoso menyarankan agar nasabah menggunakan kartu seperti menggunakan uang tunai, lebih berhati-hati dalam membayar transaksi di merchant-merchant yang dituju. Karena masih banyak merchank yang melakukan praktik double swipe, dengan dua skema yakni cip dan magnetic stripe