Bisnis.com, JAKARTA - Rencana konsolidasi perbankan yang akan dilakukan pada pemerintahan baru era Joko Widodo-Jusuf Kalla mendapatkan reaksi beragam termasuk perbedaan pendapat antara Dirut Bank Mandiri dan BNI.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Gatot M. Suwondo mempertanyakan rencana konsolidasi perbankan badan usaha milik negara (BUMN) oleh pemerintah.
Gatot mengaku masih menunggu keputusan pemerintahan baru terkait implementasi rencana konsolidasi tersebut. Sebab, dia menilai rencana konsolidasi bank pelat merah itu diusulkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Konsolidasi perbankan ini tergantung pemerintahan yang baru nanti negosiasinya untuk menghadapi masyarakat ekonomi Asean 2015 nanti," katanya, Selasa (26/8/2014).
Dia mengakui, rencana konsolidasi perbankan BUMN ini merupakan salah satu opsi untuk memperkuat bank milik pemerintah dalam menghadapi MEA 2015 dan MEA sektor perbankan pada 2020.
Kendati demikian, dia menolak bila opsinya hanya satu bagian saja yakni melalui merger atau pencaplokan oleh bank yang memiliki modal maupun aset lebih besar.
"Konsolidasi bank BUMN menurut saya kalau melihat suatu kotak itu jangan dari satu sisi, ada opsi begini kita kasih opsi lain," paparnya.
Begitu pula terkait perbankan Indonesia go international, Gatot menilai empat bank BUMN dapat mendunia karena telah berpengalaman dan memiliki kapasitas.
Dia menambahkan, untuk menguasai dunia, pemerintah hendaknya tidak hanya mendorong satu bank BUMN saja. Satu bank BUMN, dinilai belum cukup kuat dari sisi permodalan.
Gatot yang juga ketua Himpunan Bank-bank Milik Negara (HIMBARA) menjelaskan belajar dari Singapura yang hanya memiliki lima bank lokal, dia menilai tidak lagi perlu menggabungkan empat bank BUMN untuk menghadapi MEA.
Akan tetapi, sambungnya, yang dibutuhkan adalah penyebaran layanan perbankan. "Yang belum teruji adalah bersaing di negara tetangga, tetapi mereka menutup pintu."
Pendapat berbeda disampaikan pada kesempatan yang sama oleh Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Budi Gunadi Sadikin. Dia menilai, konsolidasi perbankan terutama bank BUMN sangat diperlukan.
"Kita mau masuk ke negara lain modal kita terbatas, itu harus diakui. Makannya kalau ditanya konsolidasi bukan mau jadi 4,3,2,1, tapi bagaimana bank-bank di Indonesia cepat agar bisa berkompetisi pada 2020 nanti. Kalau mau ritel ya akuisisi, kalau mau wholesale ya tidak usah," tuturnya.