Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KURS RUPIAH: BI Nyaman dengan Nilai Lemah, Ini Penjelasannya

Bank Indonesia (BI) mengaku nyaman dengan posisi nilai tukar rupiah saat ini meski levelnya terjun ke posisi terendah dalam 6 tahun terakhir dan nyaris menyentuh Rp12.400 per dolar AS.
 Gubernur BI Agus Martowardojo
Gubernur BI Agus Martowardojo

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia (BI) mengaku nyaman dengan posisi nilai tukar rupiah saat ini meski levelnya terjun ke posisi terendah dalam 6 tahun terakhir dan nyaris menyentuh Rp12.400 per dolar AS.

“BI nyaman dengan kondisi ini dan mengantisipasi kondisi yang lebih perlu diwaspadai. Ada satu tren yang menguatkan nilai dolar dan tren tingkat bunga dolar meningkat,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo, Rabu (10/12/2014).

Dia menjabarkan saat ini pergerakan nilai tukar rupiah masih sejalan dengan kecenderungan yang terjadi di pasar regional. Menurutnya, posisi rupiah bahkan masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan mata uang lain di Asia.

Agus mencontohkan yen Jepang misalnya terdepresiasi sekitar 15% dari level pembukaan tahun ini yakni di kisaran 104 yen per dolar kini nilainya melampaui 120 yen per dolar. Ringgit dan won pun bernasib serupa tetapi dengan kadar depresiasi yang lebih kecil, yaitu sekitar 6%.

Sementara itu, rupiah secara year to date melemah sekitar 1,88% menjadi Rp12.389 dari posisi awal tahun 2014 Rp12.160 per dolar. Namun, jika dihitung dari level terkuat sepanjang tahun ini yang sempat bertengger di level Rp11.289, rupiah sudah tergerus nyaris 10%.

Tren pelemahan nilai tukar secara serempak, katanya, dipicu oleh prospek peningkatan suku bunga AS. Sinyal penguatan ekonomi yang kian terasa membuat konsensus kenaikan fed funds rate dimajukan, dari semula di kuartal II/2015 menjadi akhir 2014.

Namun, soal depresiasi nilai tukar yen Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan punya catatan khusus. “Pelemahan yen by designed Abenomics dan bank sentralnya untuk memperlemah yen setajam-tajamnya sehingga ekspor bisa ditingkatkan,” ungkapnya.

Struktur demografi Jepang yang tua tidak memungkikan Negeri Matahari Terbit itu untuk menggenjot pertumbuhannya dari konsumsi domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper