Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BANK INDONESIA: Kredit Bermasalah Bisa Tembus 2,4% Akhir 2014

Bank Indonesia memprediksikan kualitas aset industri perbankan akan mencatatkan pemburukan. BI memproyeksikan rasio kredit bermasalah industri perbankan akan bertengger di posisi 2,4% hingga akhir tahun.
 Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia memprediksikan kualitas aset industri perbankan akan mencatatkan pemburukan. BI memproyeksikan rasio kredit bermasalah industri  perbankan akan bertengger di posisi 2,4% hingga akhir tahun.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Darsono mengungkapkan walaupun dari hasil stress test bank sentral diprediksikan bakal meningkat, akan tetapi  NPL industri perbankan masih dalam ketegori terjaga.

"Ada sektor tertentu yang mengalami tekanan terkhusus komoditas dan kami sedang mencermati hal tersebut." ucapnya, Selasa (9/12/2014).

Bank sentral mencatatkan hingga Oktober 2014, posisi rasio kredit bermasalah industri perbankan sudah mencapai 2,35%. Darsono mengungkapkan risiko kredit bermasalah perbankan masih tetap ada hingga tahun depan mengingat masih adanya indikator makro ekonomi yang belum membaik.

Proyeksi tersebut merupakan hasil stress test. Sementara itu, Darsono mengatakan stress test risiko kredit mengukur ketahanan rasio kecukupan modal di tengah perlambatan ekonomi berdampak signifikan pada peningkatan NPL. Stress test dilakukan dengan dua pendekatan yakni scenario based analysis dan sensitivity analysis.

Scenario based analysis memperkirakan dampak kenaikan NPL gross terhadap permodalan dengan asumsi kenaikan NPL menjadi 5% hingga 15%.

Di sisi lain, semakin melambatnya fungsi intermediasi industri perbankan yang disalurkan kepada sektor riil maka rasio  dan risiko NPL akan semakin besar. Hinga Okober 2014, BI mencatatkan pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai Rp3.587 triliun, tumbuh 12,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, dana pihak ketiga yang dihimpun industri perbankan mencapai hingga Oktober 2014 sudah mencapai Rp3.886 triliun, tumbuh 13,4%  dari posisi Rp3.427 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Departamen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengungkapkan bunga simpanan mencatatkan kenaikan karena bank-bank masih memperebutkan likuiditas di pasar. Hal tersebut membuat bank-bank mengerem laju ekspansi dan menyiapkan ancar-ancar untuk tumbuh di tahun depan.

"Bank-bank masih rebutan likuiditas," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper