Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia (BI) menilai surat utang yang diterbitkan perbankan bakal diminati oleh investor asing, sebab relatif memberikan imbal hasil yang menarik.
Pada tahun ini, BI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah merancang perluasan defenisi simpanan, dengan memasukkan surat utang yang diterbitkan bank kepada rasio pembiayaan terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR).
Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengungkapkan dalam perluasan deposito, LDR bakal menjadi loan to funding ratio (LFR). Namun saat ini BI masih menanti kesiapan industri perbankan untuk menghadapi masa transisi, sebab akan ada perubahan pelaporan keuangan.
"Surat utang bank domestik memberikan imbal hasil relatif lebih menarik dari negara lain," ucapnya, Jumat (30/1/2015).
Halim menilai bila kondisi ekonomi domestik lebih stabil, memiliki ruang fiskal yang baik dan kebijakan di sektor ril yang semakin terarah maka pertumbuhan bisnis perbankan akan semakin. Pada tahun lalu, BI mencatatkan pertumbuhan kredit perbankan berkisar 11%, angka tersebut meleset dari proyeksi BI di kisaran 15%-17%.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad menyampaikan hal yang berbeda dengan BI. Dia mengatakan LFR nantinya akan memperhitungkan surat utang dibeli oleh bank.
"LFR dalam koordinasi dengan BI. Kami sambut baik, sehingga bank bisa menyalurkan kredit dan membeli surat berharga yang diterbitkan korporasi," ucapnya.
Muliaman mengungkapkan pendalaman pasar keuangan menjadi hal penting di domestik. Menurutnya, melalui pendalaman pasar keuangan tersebut, maka perbankan dapat mencari modal dan dana jangka panjang di pasar modal.
Hingga November 2014, Statistik Perbankan Indonesia (SPI) mencatatkan surat berharga yang diterbitkan oleh industri perbankan mencapai Rp53,44 triliun. Adapun komposisi penerbitan surat utang yakni Rp20,72 triliun diterbitkan oleh bank pelat merah, bank umum swasta nasional devisa (BUSN) devisa dan non devisa senilai masing-masing Rp19,96 triliun dan Rp5,25 triliun.
Adapun, surat utang yang diterbitkan industri bank pembangunan daerah (BPD) dan bank campuran hingga November 2014 masing-masing mencapai Rp7 triliun dan Rp449 miliar.