Bisnis.com, JAKARTA-PT Bank Central Asia Tbk berencana meningkatkan himpunan dana murah (current account saving account/CASA) untuk menekan biaya dana.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan pada tahun lalu perbankan membutuhkan likuiditas disertai kondisi ekonomi yang belum stabil sehingga membutuhkan likuditas.
Menurutnya, pada tahun ini ekonomi sudah lebih baik dari 2014, maka secara perlahan dana-dana mahal yang mengendap di BCA akan dialihkan.
"Tahun ini, BCA sudah enggak perlu lagi dana mahal dan deposito rencananya mau kami keluarkan," katanya.
Hingga 2014, jumlah produk deposito atau yang disebut dana mahal mencapai Rp111,5 triliun, tumbuh 28% dari posisi Rp86,61 triliun. Sementara itu, dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan tumbuh lebih lambat dari deposito.
Adapun komposisi dana murah BCA pada akhir tahun lalu terdiri dari giro senilai Rp107,43 triliun dan tabungan Rp228,99 triliun atau senilai Rp336,48 triliun. Pertumbuhan dana murah BCA pada 2014 mencapai 4,2% secara year on year dari posisi Rp322,89 triliun pada 2013.
Jahja mengungkapkan peningkatan dana murah akan sangat bergantung dengan kondisi suku bunga perbankan dan aktivitas ekonomi di masyarakat.
Bila suku bunga dana murah dan mahal hanya berbeda 2%, katanya, maka orang akan lebih memilih meletakkan dana di produk current account saving account (CASA).
Menurutnya, bila perbedaan bunga dana murah dan deposito cukup jauh, maka nasabah akan menempatkan dana di deposito.
Perlambatan produk domestik bruto (PDB) di kisaran 5%, katanya, bakal menjadi tantangan untuk menumbuhkan CASA.
Dia mengungkapkan perputaran uang yang lebih cepat masih berada di Pulau Jawa, sedangkan di luar Pulau Jawa masih terjadi perlambatan karena ada pelemahan harga komoditas.
Di sisi lain, beban bunga BCA mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan menjadi Rp11,17 triliun, tumbuh 46,2% secara year on year dari posisi Rp7,64 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun beban bunga BCA naik Sekitar 46,2%, BCA tetap mencatatkan pertumbuhan laba hingga 15,7% secara y-o-y menjadi Rp16,5 triliun pada 2014.
Sebelumnya, Jahja mengungkapkan peningkatan laba ditopang pleh pendapatan operasional yang kuat dan kontribusi anak usaha yang mencapai 9% dari total laba bersih. Dia mengatakan pertumbuhan bunga bersih BCA ditunjang oleh kenaikan margin bunga bersih (NIM).
Hingga Desember 2014, NIM bank yang dimiliki Grup Djarum ini naik 30 basis poin (bps) menjadi 6,5%. Adapun, pendapatan bunga bersih naik 21,1% menjadi Rp32 triliun.