Bisnis.com, MANADO – Para pelaku industri bank perkreditan rakyat (BPR) di Sulawesi Utara mengeluhkan pengaruh maraknya minimarket terhadap peningkatan kredit bermasalah.
Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat (Perbarindo) Sulut dan Gorontalo Denny Senduk menilai kredit macet meningkat seiring dengan semakin merangseknya minimarket hingga ke pelosok perkampungan. Munculnya minimarket menyebabkan para debitur BPR yang menjalankan bisnis toko kelontong kehilangan pelanggan.
“Mereka tidak bisa bersaing dengan minimarket sehingga pada akhirnya tidak dapat membayar cicilan,” ujarnya sebagaimana dikutip dari harian Bisnis Indonesia, Selasa (24/3/2015).
Data Bank Indonesia menunjukkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) BPR di Sulut pada Januari 2015 mencapai 9,86%, melonjak dibandingkan dengan posisi NPL pada Desember 2014 sebesar 8,82%.
BI juga mencatat secara umum kinerja BPR di Sulut menurun. Penyaluran kredit pada Januari 2015 menurun 0,73% dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun lalu. Demikian pula, pada Januari 2015, pertumbuhan dana pihak ketiga melambat menjadi 1,48% secara month to month, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,37% secara month to month.