Bisnis.com, JAKARTA – Bank digital hasil kongsi grup Chairul Tanjung (CT), Bukalapak, dan Salim, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) mengidentifikasi sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi perbankan.
Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan tantangan yang harus dihadapi khususnya terkait pertumbuhan segmen retail perbankan, yakni kebijakan yang akan menimbulkan beban terhadap daya beli masyarakat.
Dia menyebutkan beberapa di antaranya seperti peningkatan PPN menjadi 12%, kenaikan bahan bakar minyak, tambahan potongan untuk Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), potongan untuk program pensiun tambahan, serta kenaikan iuran BPJS Kesehatan.
“Hal ini sudah terindikasi dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang terus turun, dari 106,37 pada Mei 2024 menjadi 105,93 pada September 2024,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (21/11/2024).
Selain itu, kondisi ini akan mempengaruhi industri UMKM secara signifikan sehubungan dengan segmen masyarakat kelas menengah yang menjadi pasar utamanya. Aspek permodalan terutama modal kerja yang masih terbatas juga membayangi potensi pertumbuhan UMKM, karena secara historis masih memiliki NPL yang cukup tinggi dan akses serta adopsi teknologi yang terbatas untuk menunjang kegiatan usahanya.
Sebagaimana diketahui, Allo Bank meraup laba bersih Rp302,59 miliar pada kuartal III/2024.
Capaian ini turun 10,69% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp338,82 miliar.
Mengutip dari laporan keuangan perusahaan, penurunan laba Allo Bank salah satunya dipengaruhi oleh penurunan nilai aset keuangan (impairment) sebesar Rp53,87 miliar pada September 2024. Naik hampir tiga kali lipat atau mencapai 180,79% YoY dari sebelumnya Rp19,18 miliar pada September 2023.
Hal tersebut sejalan dengan adanya kenaikan rasio kredit bermasalah Allo Bank, nonperforming loan (NPL) Gross BBHI meningkat menjadi 0,55% pada September 2024 dari sebelumnya 0,06% pada September 2023. Pada periode yang sama, NPL net juga mengalami kenaikan menjadi 0,34% dari 0,04%
Untungnya, Allo Bank masih mencatatkan peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp818,69 miliar, naik 8,18% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp756,77 miliar.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank digital ini pun naik 18 basis poin (bps) menjadi 9% dari sebelumnya 8,82%.
Pendapatan lainnya juga melesat lebih dari empat kali lipat atau tumbuh 329,3% YoY menjadi Rp136,93 miliar pada kuartal III/2024 dari sebelumnya Rp31,9 miliar pada kuartal III/2023.
Selanjutnya, Allo Bank juga mencatatkan pendapatan berbasis komisi atau fee based income yang tumbuh signifikan 124,38% YoY menjadi Rp14,7 miliar pada September 2024 dari sebelumnya Rp6,55 miliar pada September 2023.
Dari sisi intermediasi, Allo Bank mencatatkan kredit yang naik tipis 0,18% YoY menjadi Rp7,34 triliun dari sebelumnya Rp7,32 triliun. Aset bank pun tetap naik 17,28% YoY menjadi Rp14,06 triliun pada kuartal III/2024 dari sebelumnya Rp11,99 triliun pada kuartal III/2023.
Terakhir, BBHI telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp4,93 triliun pada kuartal III/2024, naik tipis 0,76% YoY dari sebelumnya Rp4,89 triliun.
Adapun, dana murah atau current account saving account (CASA) Allo Bank melesat 28,01% yoy menjadi Rp811,19 miliar pada kuartal III/2024 dari tahun lalu Rp633,7 miliar.