Bisnis.com, JAKARTA – Lima emiten asuransi umum yang mencatatkan pertumbuhan premi bruto tertinggi tahun lalu membukukan rerata pertumbuhan premi di sektor kendaraan bermotor hingga 28,1% meskipun volume penjualan kendaraan tumbuh landai.
Dihimpun berdasarkan keterbukaan informasi yang dikutip Bisnis (7/4/2015), lima emiten asuransi umum yang mencatatkan pertumbuhan premi tertinggi tahun lalu adalah PT Asuransi Ramayana (ASRM) 36,9%, PT Asuransi Dayin Mitra (ASDM) 26,5%, PT Lippo General Insurance (LPGI) 24,2%, PT Asuransi Harta Aman Pratama (AHAP) 20,97% dan PT Asuransi Mitra Maparya (ASMI) 17,8%.
Selama ini, tiga emiten diantaranya memiliki pendapatan premi terbesar bersumber dari asuransi kendaraan bermotor, yaitu PT Asuransi Ramayana, PT Asuransi Harta dan PT Asuransi Mitra Maparya. Ketiganya mencatatkan pertumbuhan premi kendaraan bermotor antara 18,06%-57,5% pada tahun lalu.
Premi kendaraan bermotor PT Asuransi Ramayana meningkat 57,5% menjadi Rp425,5 miliar dibandingkan perolehan 2013 sebesar Rp270 miliar.
Sementara itu, premi kendaraan bermotor PT Asuransi Harta meningkat 25,8% menjadi Rp205,8 miliar. Adapun, premi PT Asuransi Mitra Maparya tumbuh 18,06% menjadi Rp150,3 miliar tahun lalu.
Dua emiten lainnya, yakni PT Asuransi Dayin Mitra dan PT Lippo General juga mencatat pertumbuhan asuransi kendaraan bermotor meskipun sumber pendapatan premi dua perusahaan itu lebih banyak disumbang asuransi kesehatan dan kebakaran.
PT Asuransi Dayin Mitra berhasil membukukan pertumbuhan asuransi kendaraan bermotor tidak terlalu signifikan yakni 0,95% tahun lalu sedangkan PT Lippo General melonjak naik 21,4%.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor mengatakan pertumbuhan premi kendaraan bermotor tahun lalu tidak hanya dipicu oleh kenaikan tarif premi yang diatur dalam SE OJK no. SE.06/D.05/2013 tentang Penetapan Tarif Premi Serta Ketentuan Biaya Akuisisi pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor dan Harta Benda serta Jenis Risiko Khusus Meliputi Banjir, Gempa Bumi, Letusan Gunung Berapi dan Tsunami Tahun 2014
Menurutnya, ada tiga faktor pertumbuhan premi kendaraan bermotor pada tahun lalu. Pertama, volume penjualan kendaraan bermotor masih tumbuh, besaran tariff premi yang meningkat dan kenaikan premi lanjutan dari tahun sebelumnya.
Tahun ini, Julian memperkirakan industri asuransi kendaraan bermotor secara umum akan terkoreksi apabila tidak ada penguatan rupiah sampai Juni.
Pasalnya, penjualan kendaraan bermotor sangat bergantung dengan bahan baku impor. Akibatnya, pelemahan rupiah bakal memangkas daya beli.
“Kalau memang tidak ada penguatan rupiah sampai Juni, akan mempengaruhi penjualan mobil. Kalau jumlah mobil yang dijual turun, premi juga turun kan,” katanya seperti dikutip Bisnis, (7/4/2015).
Terlebih, Julian mengatakan OJK juga berencana merevisi besaran tarif asuransi kendaraan bermotor dan properti yang diatur dalam SE 06 tersebut.
Tahun lalu, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat penjualan sepeda motor dalam negeri tumbuh tipis 1,5% menjadi 7,86 juta unit dari sebelumnya 7,74 juta unit pada 2013.
Sementara itu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil dalam negeri turun 0,8% menjadi 1,21 juta unit dari sebelumnya 1,22 juta unit.