Bisnis.com, JAKARTA – Lini bisnis asuransi energi, yang selama ini dinilai memiliki resiko tinggi atau giant risk diperkirakan dapat mencatatkan pertumbuhan premi bruto melebihi 40% pada akhir tahun.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor mengatakan pertumbuhan sejumlah itu bisa terealisasi apabila pemerintah mengkonkretkan rencana pembangunan kilang dan eksplorasi pertambangan dan gas (migas) pada tahun ini.
“Asumsinya proyek pemerintah bisa terealisasi tahun ini, investor akan datang sehingga pertumbuhan [premi] asuransi energi seharusnya bisa melebihi capaian tahun lalu,” katanya kepada Bisnis, Senin, (13/4/2015).
Tahun lalu, lini bisnis asuransi energi mencatatkan pertumbuhan premi sebesar 33,7% menjadi Rp1,99 triliun dari sebelumnya Rp1,49 triliun.
Capaian itu lebih rendah dibandingkan catatan tahun 2012 yang tumbuh 100,2% dari total premi sebelumnya sebesar Rp798,15 miliar.
Menurut Julian, pertumbuhan premi yang masih dalam batas wajar pada tahun lalu disebabkan ketidakpastian iklim masa pemilihan presiden sehingga investor cenderung wait and see untuk berbisnis di sektor itu.
Adapun, pelonjakan dua kali lipat pada periode 2012-2013 dikarenakan terdapat proyek-proyek pengeboran baru yang dimanfaatkan sektor pertambangan dan migas pada saat itu.
“Proyek energi itu lama, umumnya dijamin asuransinya itu di depan masa pertanggungan. Bukan tidak mungkin tahun ini juga begitu asalkan rencana pemerintah memang terealisasi tahun ini,” katanya.