Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PREDIKSI NPF: Tahun Ini Masih Akan Tinggi

Sejumlah perusahaan pembiayaan mematok perkiraan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing lebih tinggi dibandingkan capaian tahun lalu karena meyakini perlambatan ekonomi masih belum pulih sampai akhir tahun.
Tahun lalu, rasio NPF BFI Finance naik 10 basis poin menjadi 1,48% dibanding tahun sebelumnya 1,38%./Bisnis
Tahun lalu, rasio NPF BFI Finance naik 10 basis poin menjadi 1,48% dibanding tahun sebelumnya 1,38%./Bisnis
Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah perusahaan pembiayaan mematok perkiraan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun lalu karena meyakini perlambatan ekonomi masih belum pulih sampai akhir tahun.
 
Sudjono, Direktur Keuangan PT BFI Finance Tbk. memperkirakan rasio non performing financing(NPF) perusahaannya akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu karena kondisi ekonomi, khususnya di sektor komoditas belum kondusif.
 
“Ekonomi belum bagus, komoditas masih mengekang dan rupiah makin melemah. Tapi target kami tetap masih dibawah 2%,” katanya, seperti dikutip Bisnis, (17/4/2015).
 
Tahun lalu, rasio NPF BFI Finance naik 10 basis poin menjadi 1,48% dibandingkan tahun sebelumnya 1,38%. Pembiayaan sektor Sewa Guna Usaha (SGU) memicu kenaikan NPF dengan rasio 3,46% dari sebelumnya hanya 2,58% pada 2013.
 
Meski demikian, pembiayaan baru perusahaan mampu naik 11% year on year sebesar 2,7 triliun pada  kuartal I tahun ini. Jumlah tersebut merupakan 24% dari total target penyaluran kredit 2015.
 
Ignatius Susatyo Wijoyo, Direktur Utama PT Mandiri Tunas Finance (MTF) juga pesimistis NPF perusahaannya lebih kecil dibandingkan 2014 karena kondisi makro ekonomi belum pulih dan penjualan kendaraan bermotor terpantau menurun pada kuartal I.
 
Dia memperkirakan rasio NPF perusahannya setidaknya akan sama seperti tahun lalu di angka 1,15%.
 
“Paling tinggi kami bertahan di situ lah. Tapi tahun lalu kami lebih baik karena sebelumnya [tahun 2013] mencapai 1,16%,” katanya.
 
Adapun, dia menyatakan Sumatera menjadi daerah yang menyumbang kredit bermasalah terbesar hingga mencapai 2% pada tahun karena ditunjang melemahnya harga komoditas.
 
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk menyatakan pelemahan kondisi ekonomi memberikan dampak pada kemampuan mencicil konsumen. Tahun lalu, NPF perusahaan berada di kisaran 1,3%.
 
Kendati demikian, President Direktur Adira Finance Willy Suwandhi Dharma mengatakan pihaknya berupaya menjaga NPF sampai rasio 1,5% sampai akhir tahun.
 
Dia mengatakan kontribusi NPF cukup merata di berbagai wilayah saat ini. Tahun lalu, luar Jawa memberikan kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan pulau Jawa.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Irene Agustine

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper