Bisnis.com, JAKARTA—Beberapa bankir mulai mengkaji opsi revisi rancangan bisnis bank pada tahun ini akibat kondisi pelemahan ekonomi di kuartal I/2015.
Wakil Direktur Utama PT Bank Panin Tbk. Roosniati Salihin mengatakan bisnis perusahaan memang menunjukkan perlambatan pada kuartal pertama tahun ini.
Menurutnya, pertumbuhan kredit di Panin masih stagnan. Akibatnya, perusahaan pun masih enggan menambah dana pihak ketiga (DPK) mengingat akan berdampak pada peningkatan biaya premi penjaminan.
Di sisi lain, tambah Roosniati, emiten berkode saham PNBN ini pun tak bisa meningkatkan suku bunga kredit untuk menambah pemasukan.
Pasalnya, peningkatan tersebut bisa memicu kenaikaan non performing loan (NPL).
“Jadi kami akan me-review seluruh bisnis. Setelah April, kami akan lihat di Mei, jika tidak ada perbaikan, kami siap perubahan business plan [rencana bisnis bank/RBB],” ujar Roosniati kepada Bisnis, baru-baru ini.
Dia melanjutkan perusahaan pun mengerem rencana ekspansi penerbitan produk baru mengingat kondisi pasar yang secara umum sedang menurun.
Adapun, secara keseluruhan, PNBN membidik pertumbuhan kredit di posisi 12% pada tahun ini.
Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Suwignyo Budiman mengakui sepanjang kuartal I/2015, pertumbuhan kredit memang melambat dan belum berjalan sesuai target di posisi 12%-15% pada tahun ini.
Menurutnya, perlambatan juga terlihat pada kredit modal kerja akibat para pengusaha yang menahan ekspansi di tengah pelemahan ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat.
“Belum tahu, kan belum sampai, nanti kami lihat ke Juni [untuk menimbang opsi revisi RBB 2015]. Tapi kuartal I/2015 ini memang tidak seperti dulu-dulu,” jelas Suwignyo.
Namun, menilai kondisi pada kuartal II/2015, Suwignyo masih optimistis pertumbuhan kredit bakal membaik.
Pasalnya, masa Lebaran dinilai bakal mendongkrak konsumsi masyarakat.
Sementara itu, Direktur PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Royke Tumilaar pun menilai perlambatan ekonomi memang terjadi disumbang kondisi politik yang membuat pengusaha memilih untuk mengambil opsi wait and see.
Selain itu, perekonomian global yang juga turut mengalami pelemahan pun berdampak pada kondisi domestik.
Kendati demikian, menurut Royke, perusahaan belum memutuskan apakah ada rencana untuk merevisi RBB yang telah disetorkan kepada OJK.
“Belum tahu, nanti kalau sudah dekat-dekat Juni lah,” kata Royke.
Secara umum, data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI) menunjukkan pada Februari 2015, kredit yang disalurkan bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR) mengalami peningkatan tipis di banding bulan sebelumnya.
Kendati demikian, pertumbuhan tersebut belum mencapai arahan regulator keuangan yang memproyeksikan kredit bakal tumbuh sebesar 15%-17%.
SEKI mencatat pada Februari 2015, kredit secara nasional tumbuh 11,99% secara year on year (y-o-y) dari Rp3,303,28 triliun menjadi Rp3.699,55 triliun. Sementara, pada Januari 2015, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 11,55% y-o-y.
Peningkatan tipis pertumbuhan kredit tersebut ditopang kenaikan pinjaman di bank persero serta bank swasta.
Sementara, BPR, bank asing dan campuran, serta bank pembangunan daerah (BPD) masing-masing mencatatkan koreksi pertumbuhan kredit y-o-y pada Februari 2015 dibanding Januari 2015.