Bisnis.com, JAKARTA--Biaya dana yang sempat membebani industri perbankan pada tahun lalu diproyeksikan akan mulai menurun pada tahun ini.
Global Markets Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menjelaskan biaya dana atau cost of fund industri perbankan tahun ini diperkirakan akan menurun dari tahun lalu karena suku bunga acuan atau BI Rate peluangnya kecil untuk kembali naik.
"Dari segi likuiditas, cost of fund lebih terjaga dibandingkan tahun lalu karena BI Rate kemungkinan stay," ujarnya seperti dikutip dari Harian Bisnis Indonesia edisi Rabu (23/4/2015).
Seperti diketahui, BI menurunkan suku bunga acuan dari 7,75% menjadi 7,5% pada awal tahun ini.
Dirinya memprediksi masih ada potensi BI Rate turun hingga 25 basis poin ke posisi 7,25% hingga akhir tahun dengan mempertimbangkan inflasi dalam negeri yang mulai naik dan ditargetkan 4%±1 hingga akhir tahun.
Potensi BI Rate untuk turun semakin besar apabila tekanan nilai tukar dolar terhadap rupiah mulai mereda.
Adapun untuk dana pihak ketiga (DPK) pada tahun ini diprediksi akan lebih baik dari tahun lalu dengan pertumbuhan sekitar 15%.
Josua mengungkapkan komposisi DPK masih akan didominasi oleh simpanan berjangka panjang atau deposito.
"Namun karena BI Rate kemarin turun, suku bunga deposito juga turun sehingga cost of fundperbankan juga ikut turun," kata Josua.
Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Budi Satria menyatakan cost of fund perseroan telah mengalami penurunan setelah suku bunga deposito diturunkan 75 bps pada akhir Februari.
Dengan penurunan ini, Budi menambahkan, maka suku bunga deposito akan berada di kisaran 4,5% hingga 7,25%.
Dari website perseroan, suku bunga deposito per 1 Januari 2015 tercatat paling rendah 4,25% untuk simpanan berjangka 1 bulan dan tertinggi 7,75% untuk simpanan berjangka 3 bulan dan 6 bulan.
"Untuk kuartal I, insya Allah cost of fund kami di bawah angka akhir tahun lalu yang sebesar 4,38%," kata Budi.
Sementara itu, menurut Statistik Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan per Februari 2015 masih terjadi penaikan beban bunga perbankan sebesar 31,98% menjadi Rp56,523 triliun.
Sementara itu, pendapatan bunga tumbuh lebih rendah sebesar 24,29% menjadi Rp108,842 triliun.
Pendapatan bunga bersih perbankan tumbuh mencapai Rp42,741 triliun atau tumbuh 10,7%. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih pada Januari 2015 sebesar 16,5% (yoy).