Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat saat ini pembiayaan produktif dari industri fintech P2P lending sedang menghadapi tantangan berupa kondisi ekonomi yang dinamis.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya (PVML) OJK Agusman mendorong kolaborasi fintech P2P lending dengan toko online atau e-commerce untuk mendorong ekspansi pembiayaan produktif di tengah tantangan tersebut.
"Selain penguatan literasi, peningkatan infrastruktur digital, seperti integrasi dengan e-commerce dan alternative scoring, dapat dilakukan untuk mendukung ekspansi pembiayaan," kata Agusman dalam jawaban tertulis, Selasa (15/7/2025).
Sampai dengan Mei 2025, outstanding pinjaman kepada sektor produktif/UMKM mencapai Rp28,83 triliun atau 34,91% dari total outstanding pinjaman industri P2P lending.
Bila merunut trennya, porsi pembiayaan pinjaman online ke segmen produktif makin mengecil. Misalnya, per April 2025 pinjaman online ke segmen produktif porsinya sebesar 35,10% dengan nominal Rp28,63 triliun. Sebelumnya, per Maret 2025 porsi pinjaman online ke segmen produktif sebesar 35,38% dengan nominal mencapai Rp28,09 triliun.
"Kondisi ekonomi yang dinamis berpotensi mempengaruhi penyaluran kredit pada umumnya termasuk ke sektor produktif dan UMKM," pungkas Agusman.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyoroti kondisi sektor perdagangan Indonesia yang lesu berdampak juga pada pembiayaan produktif P2P lending. Tak ayal, gagal bayar pinjaman online dari segmen borrower melejit signifikan.
Berdasarkan statistik OJK, oustanding pinjaman macet lebih dari 90 hari dari peminjam badan usaha dalam kuartal I/2025 mencapai Rp849,24 miliar, tumbuh 85,9% year on year (YoY) dibanding Rp456,91 miliar per Maret 2024.
Tidak cuma nominalnya yang membesar, jumlah rekening penerima pinjaman aktif badan usaha yang macet melesat menjadi 404.192 badan usaha, dibanding dalam kuartal I/2024 yang hanya 478 entitas badan usaha.
"Sektor perdagangan mengalami tekanan yang cukup signifikan dari penurunan daya beli. Sedangkan jika kita lihat detail, penyaluran pinjaman dari sektor usaha banyak di sektor perdagangan. Artinya, jika sektor perdagangan tertekan, pembayaran pinjaman daring juga akan tertekan," jelas Huda.
Mencermati situasi pembiayaan produktif yang kurang menguntungkan saat ini, Huda menjelaskan bahwa untuk mendorong penyaluran ke sektor produktif, strategi yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas dari pembiayaan sektor produktif. Dia merinci, peningkatan kualitas tersebut bisa dari sisi credit scoring yang lebih prudent dan lebih kredibel. Jika kualitas penyalurannya bagus, lender juga akan melirik sektor produktif untuk dibiayai dengan sendirinya.
"Kemudian, bagi sektor produktif diberikan opsi penambahan asuransi sebagai bagian penilaian kredit. Agar lender melihat sektor produktif yang mempunyai asuransi bisa lebih terjamin. Kemudian penilaian berdasarkan juga analisis sektor ekonominya," kata Huda.