Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mega Syariah Ungkap Potensi Biaya Dana Turun usai BI Rate Dipangkas

Biaya dana di Bank Mega Syariah berpotensi turun mengikuti relaksasi BI Rate oleh Bank Indoneia. Ini prospeknya.
Karyawati melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mega Syariah di Jakarta, Senin (14/10/2024). / Bisnis-Arief Hermawan P
Karyawati melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Mega Syariah di Jakarta, Senin (14/10/2024). / Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mega Syariah mengungkapkan potensi turunnya biaya atau cost of fund usai Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate pada bulan lalu.

Corporate Secretary Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita menyebut bahwa pemangkasan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,50%, yang diikuti penurunan suku bunga deposit facility menjadi 4,75%, membuat biaya dari dana mahal seperti deposito cenderung ikut turun. 

“Diharapkan penurunan suku bunga saat ini dapat menurunkan cost of fund Bank Mega Syariah,” kata Hanie dalam keterangannya, Selasa (10/6/2025).

Dia memaparkan, rasio biaya dana di Bank Mega Syariah sudah turun dibandingkan posisi akhir tahun lalu, yakni dari posisi 4,55% pada Desember 2024 menjadi 4,30% pada April 2025.

Hanie lantas menjelaskan bahwa biaya dana yang lebih rendah memberikan ruang bagi bank untuk melakukan penyesuaian margin, sehingga berpotensi meningkatkan net interest (NI).

“Rasio NI Bank Mega Syariah meningkat dari 4,04% di Maret menjadi 4,21% di April 2025,” imbuhnya.

Selain itu, pelonggaran kebijakan moneter itu juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan bisnis perseroan. Hal ini sejalan dengan tren kenaikan total pembiayaan Bank Mega Syariah sebesar 25,6% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp8,9 triliun hingga bulan keempat tahun ini.

Peningkatan pembiayaan ini tetap diiringi dengan kualitas yang terjaga dengan rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) di bawah 1%.

Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) juga meningkat 4,3% menjadi kisaran Rp11,4 triliun. Tingkat financing to deposit ratio (FDR) disebutnya berada pada posisi optimal 84,9%, naik dari posisi 69,2% pada April 2024.

“Hingga April 2025, pendapatan setelah distribusi bagi hasil naik lebih dari 5% dari April 2024 menjadi Rp216,6 miliar di tahun 2025,” tutur Hanie.

Adapun, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah tumbuh 8,87% (YoY) menjadi Rp653,44 triliun pada April 2025. Realisasi itu melambat dari laju pertumbuhan 9,2% (YoY) pada bulan sebelumnya.

Di sisi simpanan atau DPK, perbankan syariah telah menghimpun Rp734,9 triliun pada bulan keempat tahun ini, meningkat 7,08% (YoY) dari sebelumnya Rp686,34 triliun.

Laju pertumbuhan ini menunjukkan perbaikan dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,68% (YoY) hingga mencapai Rp730,37 triliun.

Aset perbankan syariah sepanjang periode yang sama tercatat sebesar Rp954,51 triliun, yang mencerminkan pangsa pasar (market share) sebesar 7,44% dari perbankan nasional. Jumlah itu naik tipis dari 7,42% pada bulan sebelumnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper