Bisnis.com, PADANG—Kinerja perbankan Sumatra Barat sepanjang kuartal I/2015 mengalami perlambatan sangat dalam akibat pelemahan perekonomian menyusul belum pulihnya harga komoditas CPO dan karet, turunnya konsumsi masyarakat, serta serapan belanja pemerintah yang rendah.
Deputi Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar Bob Haspian mengungkapkan pertumbuhan kredit perbankan hanya 1,39% atau Rp39,3 triliun dari kuartal sebelumnya atau per Desember 2014 yang mencapai Rp38,8 triliun.
Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 7,27% menjadi Rp32,9 triliun dari kuartal sebelumnya Rp30,7 triliun, dan menyebabkan pertumbuhan aset hanya 5,67% atau Rp52,3 triliun dari Rp49,5 triliun.
“Ini [perlambatan] tekanan global akibat perekonomian yang belum stabil. Sumbar kian melambat karena sektor perdagangan dan perkebunan juga belum pulih,” katanya, Rabu (13/5/2015).
Adapun, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan kredit bergerak sangat lamban hanya 0,76% atau dari Rp39 triliun menjadi Rp39,3 triliun.
Sementara penghimpunan DPK masih bisa tumbuh 18,51% dari 27,4 triliun pada kuartal pertama tahun lalu menjadi Rp32,9 triliun. Sedangkan aset tumbuh 18,32% atau menjadi Rp52,3 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp44,2 triliun.
Dia memperkirakan kondisi demikian masih akan berlangsung lama, mengingat belum ada tanda pemulihan harga komoditas di pasar global.
Jika harga CPO dan karet tak kunjung pulih, Bob menyarankan bank melakukan diversifikasi produk dengan menyasar pembiayaan ke sektor potensial lainnya, seperti UMKM dan kemaritiman.
“Secara umum ekonomi regional memang lemah, bank juga mesti kreatif menyasar sektor potensial,” katanya.
Dia menyebutkan kinerja bank Sumbar masih berpeluang tumbuh, apalagi penghimpunan dana masyarakat masih stabil, serta fungsi intermedia perbankan Sumbar tercatat 119,50%, artinya dana luar lewat bank masih mengalir ke daerah itu.
Adapun, rasio kredit bermasalah atau (nonperforming loan/NPL) perbankan di Sumbar masih terjaga di level 3,14%, masih di bawah ambang batas yang ditetapkan regulator 5%.
Direktur Pemasaran Bank Nagari Indra Wediana mengakui kinerja perseroan sepanjang awal tahun ini mengalami perlambatan akibat lemahnya konsumsi dan pelamahan ekonomi secara nasional.
“Tentu kebijakan penyaluran kredit dilakukan lebih prudent, untuk memastikan rasio NPL tidak lebih dari 3%,” katanya.
Meski begitu, dia meyakini pertumbuhan sesuai target dalam rencana bisnis bank (RBB) yang disampaikan ke OJK bisa terpenuhi, mengingat komitmen pemerintah mempercepat serapan anggaran dan pembangunan sejumlah proyek infrastruktur.
Selain itu, prioritas Bank Nagari yang menyalurkan kredit ke segmen UMKM hingga 30% diyakini akan mendongkrak kinerja. Bank milik pemda Sumbar itu mematok target kredit Rp15,1 triliun tumbuh 11,55%, dan DPK tumbuh 12,29% menjadi Rp15,3 triliun.
Branch Manager Bank Panin cabang Padang F Sandra Wati mengatakan perlambatan kinerja perbankan sepanjang awal tahun ini membuat perseroan mengubah strategi bisnis dengan memfokuskan segmen ritel dan UMKM.
“Kalau di Sumbar kami sudah 100% menggarap segmen ritel dan UMKM, kami akan tingkatkan penyaluran ke sektor itu,” katanya.