Bisnis.com, PADANG—Melambatnya investasi terutama bidang konstruksi dan bangunan menyebabkan pertumbuhan kredit sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan di Sumatra Barat mengalami penurunan drastis.
Kepala Divisi Asesmen dan Pengembangan Ekonomi Daerah Bank Indonesia Sumatra Barat Bimo Epyanto mengakui sepanjang kuartal pertama tahun ini, kinerja kredit sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan anjlok hingga 37,9%.
Penurunan itu, katanya, disebabkan melemahnya investasi sektor bangunan yang selama ini memiliki pangsa pasar paling besar di daerah itu. Padahal, pemerintah tengah menggencarkan rencana pembangunan sejuta rumah.
“Yang kami temukan, pelaku usaha belum berencana melakukan investasi besar seiring dengan pelemahan ekonomi dan nilai tukar rupiah,” tulisnya melalui layanan pesan kepada Bisnis.com, Kamis (11/6/2015).
Selain itu, rumitnya proses pembebasan lahan ikut menghambat masuknya investasi. Termasuk masih terpuruknya harga komoditas ekspor unggulan daerah CPO dan karet di pasar global.
Bimo mengatakan minimnya realisasi investasi di daerah itu menyebabkan kinerja kredit sektor real estat dan jasa perusahaan ikut terperosok. Padahal, kredit lainnya masih tumbuh signifikan.
Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Sumbar kuartal I/2015 mencatatkan kredit sektor keuangan, real estat, dan jasa keuangan turun 37,9% atau Rp958 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,54 triliun.
Sejumlah sektor pembiayaan yang sepanjang tahun lalu mengalami penurunan, kini justru membukukan kinerja optimal. Seperti kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 12,9%, pengangkutan dan komunikasi tumbuh 23,4%, dan industri pengolahan 34,8%.
Adapun, investasi di awal tahun ini tumbuh tipis 5% (yoy) atau melambat dari kuartal penghujung tahun lalu 5,9%. Bahkan sektor bangunan hanya tumbuh 1,8%, padahal pangsanya mencapai 63% dari total investasi.
Laporan itu juga mengungkap nilai investasi penanaman modal asing (PMA) hanya tercatat US$10 juta, sedangkan tiga bulan sebelumnya masih mencatatkan US$61 juta. Investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di kuartal pertama 2015 Rp199 miliar masih dibawah kuartal sebelumnya Rp314 miliar.
Kelesuan sektor bangunan juga tampak dari merosotnya penjualan semen. PT Semen Padang membukukan penjualan 480.017 ton per April 2015 dari periode yang sama tahun lalu 520.063 ton atau turun 7,7%.
Bahkan di empat bulan pertama tahun ini penjualan perusahaan semen tertua di Asia Tenggara itu anjlok 7% dari 2,13 juta ton menjadi hanya 1,98 juta ton.
“Penjualan lesu karena permintaan memang turun. Harapan kami di kuartal kedua bisa lebih baik, terutama dari belanja infrastruk pemerintah,” kata Direktur Utama PT Semen Padang Benny Wendry.
Sementara itu, pengembang juga mengakui sulitnya pembebasan lahan menyebabkan rencana pembangunan untuk program sejuta rumah yang digalakkan pemerintah terhambat.
Ketua REI Sumbar Hendra Gunawan menyebutkan untuk Kota Padang, pengembang bahkan tidak bisa membangun rumah murah karena keterbatasan lahan.
“Kami lebih memilih di luar Padang, karena harga tanah lebih terjangkau. Di Kota Padang tidak mungkin menyediakan rumah untuk kelas menengah ke bawah,” katanya.
Lembaganya, imbuh Hendra, sudah mendorong pemda setempat merevisi Perda RTRW untuk mengakomodir kebutuhan lahan bagi pembangunan rumah, sehingga pengembang bisa mendapatkan lahan dan membangun rumah dengan harga terjangkau.