Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah meyakini pembentukan Indonesia Investment Club dapat menjadi alternatif pembiayaan bagi industri riil dan infrastruktur, serta mengurangi ketergantungan terhadap perbankan.
Pasalnya, hingga saat ini, variasi portofolio investasi industri dana pensiun dan asuransi masih bertumpu pada deposito yang juga merupakan produk perbankan.
“Diversifikasi investasi ini cukup urgen yang saya lihat, industri dana pensiun dan asuransi masih mengidolakan deposito, sedangkan obligasi pemerintah tidak banyak dibeli oleh kedua industri ini,” kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di sela acara soft launching Indonesia Investment Club (IIC), seperti dikutip Bisnis.com, Rabu (8/7).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total investasi dana pensiun hingga 31 Maret lalu tercatat Rp187,56 triliun. Jumlah ini naik 3,98 % (ytd) dari penempatan Desember 2014 sebesar Rp180,37 triliun atau naik 13,59% (yoy) jika dibandingkan dengan investasi Maret 2014 sebesar Rp165,12 triliun.
Adapun, pada saat yang sama, alokasi deposito mencapai Rp55,93 triliun, naik 5,56% (ytd) dari Desember lalu. Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya deposito naik 44,71% (yoy).
Obligasi tumbuh 1,5% (ytd) menjadi Rp39,03 triliun dari sebelumnya Desember lalu tercatat Rp38,45 triliun. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu penempatan obligasi relatif sama sebesar Rp38,22 triliun.
Pada saat yang sama, keberadaan IIC tersebut dapat menggairahkan investasi dalam negeri dengan memanfaatkan keberadaan industri keuangan non bank (IKNB) melalui skema penerbitan obligasi, medium term note (MTN), dan reksadana penyertaan terbatas (RDPT).
Rencananya, IIC yang digagas OJK dan pelaku IKNB yang ditaksir asetnya mencapai Rp1.500 triliun akan diluncurkan pada Agustus-September mendatang. Lembaga ini juga diarahkan untuk membiayai proyek skala raksasa, termasuk infrastruktur.