Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPJS Kesehatan Berlaku, Premi Perusahaan Asuransi Swasta Tergerus 50%

Perusahaan asuransi jiwa komersial mengalami penggerusan bisnis ataupun premi setelah diberlakukannya Jaminan Kesehatan Kesehatan Nasional (JKN) yang digulirkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Ilustrasi-BPJS Kesehatan/Jibiphoto
Ilustrasi-BPJS Kesehatan/Jibiphoto

Bisnis.com, BANDUNG - Perusahaan asuransi jiwa komersial mengalami penggerusan bisnis ataupun premi setelah diberlakukannya Jaminan Kesehatan Kesehatan Nasional (JKN) yang digulirkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Direktur Operasional Equity Life Indonesia David Soetadi menyatakan perseroannya terus berupaya mencari celah pasar di luar segmen BPJS Kesehatan, yang meski telah ada kesepakatan coordination of benefit (COB) tetapi dalam kenyataannya perusahaan asuransi komersial tetap terkena imbas.

Keberadaan BPJS Kesehatan, diakui David, cukup menekan pertumbuhan bisnis perseroan, baik dari sisi jumlah customer maupun premi menjadi menurun hampir mencapai 50%. “Ada yang grup [kolektif], ada yang individu. Dari grup atau korporasi itu sekitar hampir 30%-40%.”

Menurutnya, pihak perusahaan enggan membayar premi double bagi karyawannya, yakni untuk iuran kepada BPJS Kesehatan dan perusahaan asuransi komersial. “Jadi mereka berhenti meneruskan kontrak dengan kami.”

Namun, dia berkeyakinan untuk segmen atas peluangnya masih terbuka, termasuk untuk mass market dari asuransi mikro yang mungkin kurang mendapat kenyamanan dari pelayanan BPJS Kesehatan.

“Kebanyakan segmen BPJS Kesehatan ini mengarah market ke bawah, Kalau levelnya ke atas belum comfortable dengan prosedur di BPJS Kesehatan. Biasanya mereka tetap menggunakan asuransi komersial,” sebutnya.

Dia samping itu, sebagaimana dialami pelaku industri lain dari berbagai sektor, perseroannya harus menghadapi perlambatan ekonomi sehingga masyarakat menahan konsumsi ataupun pengeluaran di luar kebutuhan pokok.

Target premi perseroan pada tahun ini mencapai sekitar Rp700 miliar, atau ditargetkan tumbuh sekitar Rp15% dari realisasi tahun lalu. Sementara jumlah customer mencapai sekitar 750.000 nasabah per Juni 2015.

“Jujur kami juga agak syok juga karena semua industri slow down. Di luar ekspektasi karena waktu itu di awal [Presiden] Jokowi naik, semuanya optimistis, tetapi di luar prediksi semua,” ujar David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdalah Gifar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper