Bisnis.com, JAKARTA - Masih rendahnya penetrasi industri asuransi tampaknya menjadi celah yang dibidik oleh bank-bank di Tanah Air untuk mengembangkan bisnisnya.
Tengok saja, perkembangan aset asuransi yang lebih rendah dibandingkan dengan perkembangan produk domestik bruto (PDB) Indonesia menyebabkan tingkat penetrasi asuransi di negara kita baru 2,14% pada tahun lalu. Apabila dibandingkan dengan negara sesama anggota ASEAN, angka penetrasi tersebut masih rendah.
Di Singapura, tingkat penetrasi industri asuransi telah mencapai 4,3% dan Malaysia tingkat penetrasinya sebesar 3%. Bahkan, di kawasan Uni Eropa, akses masyarakat terhadap produk asuransi sudah sampai ke level 7,8%.
Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, tentu pasar asuransi masih sangat terbuka lebar. Berdasarkan catatan Bisnis, ada 3 bank yang saat ini tengah berproses mendirikan anak usaha dalam bidang asuransi, yakni PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Ketiganya sama-sama membidik potensi penambahan pundi-pundi cuan dari pendapatan berbasis komisi (fee based income) dengan mendirikan perusahaan asuransi jiwa. Pendirian anak usaha ini dilakukan baik dengan mengakuisisi perusahaan asuransi jiwa yang telah ada ataupun mendirikan perusahaan baru.
BRI misalnya, untuk memiliki anak usaha di bidang asuransi jiwa, perseroan mengakuisisi perusahaan jiwa PT Asuransi Jiwa Bringin Life Sejahtera (Bringin Life) yang dimiliki oleh Dana Pensiun BRI. Dalam surat keterangan yang ditujukan kepada otoritas bursa pada Kamis (8/10), BRI dan Dapen BRI telah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bersyarat (PPJB). Adapun, pendirian anak usaha ini diproyeksikan bakal rampung pada akhir tahun.
"Tahun ini sudah selesai. Arahan regulator kan bank konglomerat harus mendiversifikasi usahanya, ini part of itu ya," ujar Wakil Direktur Utama BRI Sunarso beberapa waktu lalu. BRI memang ngebet untuk mengakuisisi perusahaan asuransi jiwa karena potensi bisnis yang menggiurkan.
Terlebih, BRI punya 50 juta nasabah sehingga pemilikan perusahaan asuransi jiwa dalam bisnis bancassurance akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan nonbunga perseroan.
Pendapatan nonbunga bank dengan ticker BBRI ini mendukung sekitar 12% dari total pendapatan. Per Juni 2015 fee based income BRI tercatat senilai Rp3,54 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 32,4% secara tahunan dari Rp2,67 triliun.
Setali tiga uang, Direktur Kepatuhan BPTN Anika Faisal mengatakan pendirian perusahaan asuransi akan menunjang pendapatan jasa dalam jangka panjang. Untuk merealisasikan rencana ini BTPN bakal menggandeng perusahaan asuransi jiwa lokal.
Saat ini perseroan masih menunggu lampu hijau dari OJK dan diharapkan operasional bisa berjalan pada paruh II tahun ini. “Ini asuransi jadi anak usaha, kami ingin porsi [saham] mayoritas di atas 50%,” katanya. Perusahaan asuransi yang bakal dibentuk ini nantinya fokus menggarap segmen mikro dalam penjualan produk asuransi.
Oleh karena itu, BTPN akan memanfaatkan jaringan agen laku pandai untuk memasarkan produk asuransi tersebut. Hingga akhir tahun, BTPN menargetkan jumlah agen hingga 25.000 agen dari jumlah yang beroperasi saat ini sekitar 400 agen.
ANAK USAHA
Adapun, bank spesialis perumahan rakyat, BTN berencana membuat anak usaha asuransi jiwa baru dengan menggandeng PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero). BTN juga mengajak Dana Pensiun BTN sebagai pemegang saham.
Dengan pendirian anak usaha baru, emiten berkode saham BBTN ini berharap dapat meningkatkan pendapatan nonbunga. Per Juni 2015 pendapatan nonbunga BTN tercatat senilai Rp527 miliar atau tumbuh 35,05% secara tahunan dibandingkan dengan Juni tahun sebelumnya yang senilai Rp390 miliar.
Saat ini, proses pendirian anak usaha di bidang asuransi jiwa tengah dalam pembahasan pembagian porsi saham. BTN sendiri ngotot untuk menjadi pemegang saham mayoritas dan Dapen BTN mendapat porsi di luar saham BTN, sehingga porsi yang digenggam semakin besar. “Intinya kami mau jadi pemegang saham mayoritas, ditambah Dapen BTN jadi makin gede porsi sahamnya,” kata Direktur Utama BTN Maryono.
Bisa jadi, selain membidik penambahan fee based income, BTN juga mengincar pertumbuhan aset dengan memiliki saham mayoritas perusahaan asuransi jiwa yang rencananya bakal terbentuk akhir tahun ini. Ya, salah satu cita-cita BTN adalah naik ke ranking 7 dari sisi aset. Saat ini, BTN menduduki peringkat 9 dengan nilai aset Rp163,5 triliun.
Dan tak menutup kemungkinan pula kedua bank lain yang tengah berupaya mendirikan perusahaan asuransi juga mengincar hal yang sama. Sah-sah saja bank ingin meraup untung lebih atau mengincar pertumbuhan aset untuk mengungguli para pesaingnya.
Apapun tujuannya, dengan mulai ramainya bank yang berusaha mendirikan anak usaha di bidang asuransi ini diharapkan dapat mendukung target yang ditetapkan oleh OJK, yakni penetrasi industri asuransi bisa mencapai angka 20% dalam 2 tahun hingga 3 tahun ke depan.