Bisnis.com, JAKARTA - Memaksimalkan pengelolaan sumber dan penggunaan dana bank agar risiko assets liabilities gap dapat terkendali, perbankan memiliki opsi mendorong bisnis treasuri.
Direktur Treasuri Bank ANZ Indonesia Sonny Samuel mengungkapkan pihaknya memiliki produk treasuri yang mencakup hedging valas dan suku bunga baik bagi nasabah individual ataupun korporasi.
Bank asal Negeri Kangguru itu meyakini tahun ini merupakan prospek yang lebih baik untuk bisnis treasuri dengan menguatnya rupiah. Menguatnya rupiah menandakan kondisi ekonomi yang lebih stabil, sehingga minat nasabah melakukan hedging [lindung nilai] akan lebih tinggi.
Hal itu dibarengi dengan stimulasi yang dilakukan Bank Indonesia tahun lalu mengenai standar minimum hedging bagi perusahaan yang berhutang mata uang asing. Sehingga membuat perusahaan yang mulanya enggan melakukan hedging mulai berpikir merealisasikannya.
Apalagi dengan kondisi kestabilan pasar membuat biaya hedging lebih menurun. Biaya ini diprediksinya akan makin turun seiring pelonggaran BI Rate.
"Kami optimis dengan tahun ini, menjadi wake up call untuk melakukan hedging. Kalau tahun lalu bergejolak, gonjang-ganjing its wrong timing," jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (23/2/2016).
Berdasarkan komposisi produk bisnis treasuri milik bank asal Negeri Kangguru itu, produk valas masih mendominasi dengan sekitar 50% diikuti perdagangan obligasi sekitar 40%.
Samuel tak menampik optimalisasi bisnis treasuri ini juga upaya meningkatkan fee based income. Kontribusi dari lini bisnis ini telah 20%--30% dari keseluruhan pendapatan pihaknya. Sehingga tahun ini pihaknya mematok pertumbuhannya berkisar 5%--10%.
Tahun ini pihaknya tak berstrategi khusus dalam pengembangan produk baru yang spesifik, namun lebih berfokus meningkatkan layanan kepada nasabah untuk kebutuhan produk treasuri mereka.