Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Keb Hana memperkiran tahun ini kebutuhan hedging nasabah bakal meningkat. Pasalnya, fungsi mitigasi risiko dari hedging masih diperlukan menghadapi kondisi ketidakpastian ekonomi China.
Menurut Head of Treasury Department KEB Hana Rika Iskandar, ketidakpastian kondisi perekonomian global seperti kenaikan suku bunga US$ di masa mendatang dan kondisi ekonomi China yang sedikit melambat akan mempengaruhi kondisi dalam negeri Indonesia.
"Salah satu faktor yang dipengaruhi oleh kondisi ini adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, diperlukan transaksi lindung nilai (hedging) dalam memitigasi risiko nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah," jelasnya kepada Bisnis.com, Rabu (2/3/2016).
Saat ini, pihaknya menyediakan transaksi forward maupun FX swap untuk kebutuhan hedging. Namun, sebagian besar nasabah treasury atau sekitar 90% masih memilih transaksi forward outright sebagai instrumen hedging mereka.
Ia melanjutkan transaksi forward yang dilakukan Bank KEB Hana bersifat plan product dan ditujukan untuk proses hedging bagi nasabah individual maupun korporasi. Sebagian besar oleh korporasi Korea yang berada di Indonesia maupun oleh korporasi lokal terkait.
Saat ini sebagian besar transaksi forward pihaknya masih dalam mata uang US$/IDR dan sebagian kecil dalam mata uang lain.
"Tahun ini kami mengharapkan pertumbuhan produk forward dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, karena potensi nasabah korporasi yang memiliki kebutuhan hedging masih cukup besar," ujarnya, Rabu (2/3/2016)
Demi menggenjot pertumbuhan itu, Rika mengatakan akan aktif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada nasabah atas transaksi forward tersebut.
Rika menambahkan pihaknya tengah mempersiapkan beberapa transaksi lainnya sebagai instrumen hedging yakni IRS (interest rate swap) dan CCS (cross currency swap) terutama untuk memenuhi kebutuhan nasabah korporasi.