Bisnis.com, JAKARTA--Kualitas pembiayaan bank terhadap sektor kontruksi diproyeksi bakal membaik pada tahun ini setelah pada tahun lalu sempat menembus level tresshold atau batas atas yang ditetapkan sebesar 5%.
Data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sektor kontruksi mencapai puncaknya pada Juli 2015. Pada bulan tersebut NPL konstruksi mencapai 5,54% dengan nominal kredit bermasalah senilai Rp9,17 triliun dari total kredit yang disalurkan ke sektor ini senilai Rp165,57 triliun.
Namun, pada akhir tahun lalu, kualitas kredit sektor konstruksi telah menunjukkan tanda perbaikan dengan penurunan nominal kredit bermasalah menjadi Rp7 triliun dan rasio NPL menjadi 4,04%.
Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Ryan Kiryanto menuturkan pada tahun lalu sektor ini menjadi penyumbang utama NPL secara industri selain sektor pertambangan dan komoditas.
Menurutnya, pemburukan kualitas pembiayaan konstruksi disebabkan tak luputnya sektor ini dari memburuknya ekonomi global dan domestik pada tahun kambing kayu yang lalu, terutama di provinsi-provinsi yang berbasis komoditas.
"Tapi, tahun ini dan ke depannya kualitas sektor konstruksi akan membaik seiring membaiknya perekonomian domestik dan restrukturisasi NPL yang dilakukan oleh perbankan," ucapnya kepada Bisnis.com, Kamis (3/3/2016).
Senada, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Moch. Doddy Ariefianto menuturkan sektor kontruksi bakal mengalami perbaikan dengan adanya dukungan program dari pemerintah.
Seperti diketahui, pemerintah tengah menggalakkan program sejuta rumah yang dimulai sejak April tahun lalu yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
"Prospek di sektor konstruksi masih ada, karena konstruksi ini banyak segmennya seperti perumahan, komersial, dan bisnis. Apalagi ada dorongan pemerintah juga dari sejuta rumah," ucapnya.