Bisnis.com, Jakarta—Eko Listianto, Ekonom Development of Economist and Finance (Indef), memperkirakan Bank Indonesia akan kembali menurunkan suku bunga acuannya pada pertengahan bulan ini.
BI telah konsisten memangkas suku bunga acuan pada dua bulan pertama tahun ini masing-masing 25 basis poin dengan posisi saat ini 7%. Rapat Dewan Gubernur BI tengah berlangsung hari ini (16/3/2016) dan akan diputuskan besok, Kamis (17/3/2016).
Dia mengatakan kondisi eksternal seperti Eropa, Jepang, China, dan Amerika Serikat masih belum mampu untuk membendung ruang penurunan suku bunga di Indonesia. Bank Sentral AS mempertahankan suku bunganya pada bulan ini.
“Kalau Amerika Serikat ini kan belum seperti yang diharapkan, karena kalau melihat indeks manufaktur Amerika itu stagnan di level itu-itu saja, cenderung turun di akhir-akhir ini,” katanya.
Dari sisi internal, dia mencermati tren nilai tukar rupiah yang menguat terus berlanjut pada level Rp13.000-an memberikan dampak positif dengan masuknya dana asing. Dana yang masuk ke investasi portfolio itu meningkatkan jumlah ketersediaan dolar AS di dalam negeri sehingga baik untuk jangka pendek.
Eko menyampaikan penurunan suku bunga acuan itu tidak sekadar berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, melainkan juga merupakan strategi moneter untuk menjaga rupiah tidak terlalu apresiasi terhadap dolar AS. Rupiah yang sangat kuat dapat memukul ekspor sehingga menurunkan daya saing produk.
“Makanya sifatnya harus pelan, tidak boleh agresif langsung 50 bps. Itu dampaknya akan kontraproduktif, terlalu pede (percaya diri). Kalau ditahan, itu akhirnya sinyal kenapa ditahan padahal ruang penurunan itu ada,” jelasnya.