Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Artos Indonesia Tbk. akan mengembangkan bisnis kemitraan dengan bank perkreditan rakyat dan multifinance. Sampai 2018, perseroan menargetkan bisa menggaet 26 bank perkreditan rakyat dan 16 multifinance untuk diajak sebagai mitra.
Deddy Triyana, Sekretaris Perusahaan Bank Artos Indonesia, mengatakan dalam pertumbuhan jumlah kemitraan dengan bank perkreditan rakyat (BPR) danmultifinance, perseroan cenderung konservatif. Pasalnya, perseroan menginginkan kerja sama dengan mitra terpilih, tetapi dengan potensi bisnis yang besar.
“Sampai saat ini, kami sudah kerja sama dengan 20 mitra BPR dan 10 mitra multifinance, harapannya setiap tahun cukup bertambah 2 sampai 3 BPR maupun multifinance saja. Namun, dari segi bisnis bisa maksimal,” ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (28/6/2016).
Adapun, emiten berkode ARTO itu, pun menargetkan bisa meraup pendanaan dari kemitraan dengan BPR dan multifinance itu sebesar Rp229 miliar, sedangkan untuk penyaluran kredit perseroan menargetkan bisa senilai Rp465 miliar dari kemitraan tersebut.
Target itu bisa diraih dengan asumsi pada 2018 perseroan bisa menggaet 26 BPR dan 16 multifinance. Secara keseluruhan, perseroan melihat potensi bisnis kemitraan itu bisa mampu menggaet 30 BPR dan 30multifinance. Dari total kemitraan itu, perseroan menargetkan bisa meraup pendanaan sebesar Rp286 miliar dan kredit sebesar Rp900 miliar.
Sampai akhir tahun lalu, perseroan sudah berhasil menggaet 8 multifinance dan 20 BPR, dari hasil kemitraan itu perseroan berhasil mendapatkan pendanaan senilai Rp175 miliar dan penyaluran kredit sebesar Rp179 miliar.
Deddy pun menjelaskan sejauh ini perseroan masih mengincar BPR dan multifinance di wilayah sekitar cabang perseroan yaitu sekitar Jakarta dan Bandung. "Jumlah BPR dan multifinance di wilayah Jakarta dan Bandung pun juga banyak, kami berusaha untuk menjangkaunya untuk dijadikan mitra," jelasnya.
Sementara itu, selain terus meningkatkan kemitraan, perseroan juga berencana untuk meluncurkan ATM berjaringan dengan BPR atau AT Link. Hal itu diharapkan dapat menopang kinerja perseroan dari segi pertumbuhan pendapatan komisi atau fee based income.
Deddy mengatakan dalam proses peluncuran AT Link, perseroan akan terlebih dulu mengganti core banking system (cbs) dengan yang terbaru. Hal itu sudah berjalan sejak November 2015 kemarin.
"Kami pun menggunakan dana penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) untuk proses pergantian CBS dan menyokong struktur pendanaan untuk penyaluran kredit," ujarnya.
Deddy pun memaparkan semester II/2016, CBS anyar perseroan akan mulai digunakan. "Lalu, untuk mulai AT Link mungkin pada 2017 dan kontribusi pendapatan komisinya pun akan mulai terasa pada tahun yang sama," paparnya.