Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI: Trump Bikin Surat Utang Pemerintah AS Naik

BI menyebut gejolak pasar keuangan setelah Trump terpilih membuat yield surat utang pemerintah tenor 10 tahun di Negeri Paman Sam naik signifikan.
Presiden Terpilih AS Donald Trump/Reuters
Presiden Terpilih AS Donald Trump/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menyebutkan gejolak pasar keuangan setelah Trump terpilih telah membuat yield surat utang pemerintah tenor 10 tahun di Negeri Paman Sam itu meningkat signifikan dari 1,7% menjadi 2,2%-2,3% atau naik 50 basis poin.

Kenaikan surat utang pemerintah Amerika Serikat itu berpotensi untuk memindahkan investasi kembali ke AS. Pada Jumat (11/11/2016), rupiah dibuka pada kisaran level Rp13.500 per dolar AS, padahal rupiah ditutup pada Kamis (10/11/2016) Rp13.100-Rp13.200 per dolar AS.

"BI di pasar untuk menjaga rupiah agar tidak keluar dari nilai fundamentalnya kemudian market mulai tenang, Jumat [11/11/2016] ditutup pada level Rp13.250an per dolar AS. Senin jauh lebih mereda, Selasa juga, sehingga kehadiran BI sudah tidak diperlukan," ucapnya di Jakarta pada Kamis (17/11/2016)

Dia menilai hingga awal Januari 2017 merupakan periode yang mana pasar akan lebih mencermati kondisi setelah kemenangan Trump, termasuk susunan kabinet yang akan disusun. Pasar juga masih menunggu kebijakan dari bank sentral AS.

Namun sejauh ini, Bank Sentral memperkirakan The Fed berpotensi menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

BI memilih sikap berhati-hati dalam mengantisipasi dan meredam gejolak eksternal akibat efek dari terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS yang kian memberikan ketidakpastian global.

Otoritas moneter dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 16-17 November 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate pada level 4,75%. Kebijakan bank sentral itu sesuai dengan perkiraan para ekonom yang disurvei Bisnis pada Rabu (16/11/2016).

Suku bunga Deposit Facility juga tetap berada di level 4% dan Lending Facility 5,50%, yang telah berlaku efektif sejak 21 Oktober 2016 lalu.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan keputusan mempertahankan suku bunga acuan sejalan dengan kehati-hatian bank sentral dalam merespons meningkatnya ketidakpastian di pasar global setelah pemilihan presiden di Amerika Serikat.

"Sejalan dengan kehati-hatian BI dalam merespons meningkatnya ketidakpastian di pasar global pascapemilu AS, di tengah stabilitas ekonomi dalam negeri yang terjaga pada inflasi yang rendah dan defisit transaksi yang terkendali," kata Agus,

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper