Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang semester I/2017, sejumlah bank besar mulai mampu menekan laju peningkatan rasio kredit bermasalah. Berkebalikan dengan itu, bank-bank kecil justru mengalami kenaikan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang membuat laba perseroan kian tergerus.
Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi menilai kondisi tersebut terjadi lantaran kebanyakan bank-bank kecil tidak mampu menekan laju pertumbuhan NPL akibat nilai asetnya yang kecil.
"Bank-bank kecil tidak memiliki keleluasaan atau fleksibilitas seperti bank-bank besar dalam melakukan restrukturisasi, misalnya dengan penjadwalan ulang waktu pembayaran, haircut, atau menurunkan suku bunga, karena aset yang dimiliki lebih kecil," katanya kepada Bisnis, Rabu (3/8/2017).
Kendati begitu, Eric masih optimistis perbankan kecil akan mampu memulihkan kredit bermasalahnya bila melihat perkembangan perekonomian secara umum maupun industri perbankan secara khusus.
"NPL bank-bank kecil bisa turun walau butuh waktu yang lebih lama daripada bank-bank besar," tuturnya.
Sebagai informasi, beberapa bank bermodal kecil yang sempat mengalami kenaikan rasio NPL selama semester I/2017 antara lain PT Bank MNC Internasional Tbk., PT Bank Ina Perdana Tbk., dan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
Rasio NPL Bank Ina Perdana (BINA)tumbuh dari 3,38% pada Juni 2016 menjadi 4,65% pada Juni 2017. Adapun, Bank Nusantara Parahyangan masih mencatatkan kenaikan NPL sebesar 6,36% sampai Juni dibandingkan dengan kuartal I/2017 sebesar 5,99%.
Sementara itu, Bank MNC mencatatkan peningkatan NPL gross ke level 4,47% dari 3,5% pada semester I/2016 serta NPL net ke level 3,87% dari level 2,94% pada Juni lalu.