Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Atos Indonesia Tbk. optimistis akan kembali menuai cuan positif pada akhir tahun ini.
Hal itu seiring dengan target perseroan untuk menekan rasio kredit bermasalah atau non performing loan ke level 2%.
Direktur Utama Bank Artos Indonesia Reinantha Yaputra mengatakan, perseroan masih mencatatkan kerugian sampai semester I/2017 karena banyak mengalokasikan pembentukkan cadanngan.
“Seiring dengan selesainya proses penyelesaian kredit bermasalah, kami menargetkan untuk bisa kembali meraup laba bersih pada akhir tahun ini,” ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (23/8).
Reinantha menuturkan, untuk perkembangan proses penyelesaian kredit bermasalah, perseroan sudah melakukan beberapa cara seperti, untuk debitur yang tidak kooperatif sudah menempuh proses hukum lelang.
Selain itu, perseroan juga telah melakukan eksekusi jaminan yang ditargetkan pada akhir tahun ini prosesnya akan selesai.
Baca Juga
“Untuk itu, kami targetkan pada akhir tahun ini posisi NPL juga sudah membaik dengan level maksimal 2%,” ujarnya.
Sampai Juni 2016, posisi NPL gross perseroan mengalami kenaikan menjadi 7,57% dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu yang sebesar 6,73%.
Lalu, untuk NPL net perseroan berada pada kisaran 4,75% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang sebesar 4,14%.
Sampai semester I/2017, bank berkode emiten ARTO itu mencatatkan penurunan rugi bersih menjadi senilai Rp5 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu yang senilai Rp12,91 miliar.
Di tengah masih mengalami rugi bersih, Bank Artos masih mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 2,14% menjadi Rp494,66 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), perseroan mencatatkan pertumbuhan sebesar 19,3% menjadi Rp649,28 miliar.
Produk tabungan menjadi instrumen DPK perseroan yang melonjak paling tinggi sebesar 69,79% menjadi Rp52,64 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Selain itu, deposito perseroan juga naik sebesar 21,09% menjadi Rp553,39 miliar, sedangkan giro mengalami penurunan sebesar 23,05% menjadi Rp43,24 miliar.
Dengan lonjakan DPK tidak diiringi pertumbuhan kredit selras, rasio loan to deposit ratio (LDR) pun berada di level rendah sebesar 76,19%.
Lalu, untuk rasio keuangan lainnya, beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) mulai turun menjadi 110,16% dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu yang sebesar 130,42%, sedangkan untuk margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) juga mengalami penurunan menjadi sebesar 4,39% dibandingkan dengan sebelumnya sebesar 5,59%.