Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) meyakini para debitur korporasi dapat melewati gejolak nilai tukar rupiah yang belakangan mulai menyentuh level Rp14.000 per dolar Amerika Serikat.
Direktur BCA Rudy Susanto berpendapat, sebetulnya fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS saat ini tidak bisa dikatakan sebagai bentuk pelemahan yang drastis. “Kalau dari angka memang besar, tetapi sebetulnya besaran pelemahannya tidak terlalu besar,” ucapnya, di Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Pada dasarnya, imbuh Rudy, dampak gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tersebut kepada bisnis para nasabah BCA pasti terasa. Tapi, perseroan optimistis tantangan kurs kali ini dapat dilewati. Apalagi, yang terjadi saat ini tidak separah pada 2008 maupun 2012.
Baca Juga
“Jadi sejauh ini saya rasa klien kami sebagian besar mereka bisa melewati fluktuasi rupiah ini,” tutur dia.
Penilaian bahwa pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS yang terjadi belakangan masih dalam kategori wajar juga diutarakan Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono. Menurutnya, pelemahan rupiah pada waktu lalu masih wajar karena terkait dengan penguatan dolar AS belakangan ini.
Dia mengimbuhkan bahwa rupiah jelas masih terancam melemah, namun bukan karena faktor domestik. "Rupiah sudah menembus level psikologis 13.700 dan 14.000, bahkan masih mungkin menembus 14.135. BI sudah melakukan intervensi dengan melepas dolar, atau secara moneter bisa melakukan penaikan suku bunga," katanya.