Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia mencatat, rasio penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih rendah, sehingga berpotensi untuk terus digenjot melalui strategi yang tepat.
Manager Macroprudential Policy Departement Bank Indonesia Bayu Adi Gunawan mengatakan jika dibandingkan dengan negara lain, rasio KPR terhadap PDB Indonesia masih relatif rendah atau 32,3%. Namun demikian, pertumbuhan KPR pada awal tahun ini sudah terakselerasi.
"Analisis dengan menggunakan short term cycle menunjukkan siklus pembiayaan properti pada kuartal I/2018 berada dalam fase akselerasi yang belum mencapai puncak," katanya, Selasa (4/9/2018).
Pasca implementasi kebijakan loan to value LTV pada Agustus 2016 sampai Juni 2018 lalu, pertumbuhan KPR meningkat menjadi rata-rata sebesar 12,16% per tahun, atau berada di atas pertumbuhan total kredit perbankan sebesar 10,75%.
Sementara itu, penjualan properti sejumlah pengembang juga mulai meningkat setelah sebelumnya mengalami penurunan sejak 2014. Hal ini tercermin dari unit properti yang terjual dari 8.314 unit pada 2016 menjadi 11.589 unit pada 2017 yang utamanya didorong tipe 22 m2—70 m2.
Tren pembelian properti oleh usia muda juga semakin meningkat berdasarkan kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB Nasional yang dari total 54,3% sebesar 13,5%nya disumbang dari konsumsi rumah tangga untuk perumahan dan perkakasnya.
Baca Juga
"Kami melihat yang milenial butuhkan itu uang muka rendah sehingga BI merilis relaksasi LTV yang diharapkan mendapat respons dukungan dari OJK dan perbankan dalam hal tingkat suku bunga yang rendah pula," tuturnya.