Bisnis.com, JAKARTA--PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan akan lebih selektif dalam menyalurkan kredit dalam valuta asing (valas). Perseroan tidak lagi memberikan kredit valas kepada debitur dengan pendapatan rupiah.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni memastikan bahwa kebutuhan valas untuk penyaluran kredit saat ini masih dapat dipenuhi oleh perseroan. Meski tidak menampik bahwa saat ini likuiditas valas kian mengetat.
“Permintaan semaksimal mungkin bisa kami penuhi. Bank juga kan sumber dolarnya terbatas, dari eksportir, kemudian kami sendiri kan punya pinjaman-pinjaman valas, sumber itu yang kita gunakan untuk kita jual kepada nasabah yang butuh impor dan segala macam, tapi setiap hari kan ada yang jual ada yang beli di sana,” katanya, Kamis (6/9).
Baca Juga
Selain itu, pertumbuhan dana valas yang dihimpun perseroan juga masih tumbuh positif, meski tidak lebih tinggi dari pertumbuhan dana rupiah. Adapun dari segi porsinya, dia mengatakan jumlah dana valas secara fluktuatif berada pada kisaran level 13%—15%.
Baiquni juga menuturkan perseroan akan lebih selektif dalam memberikan kredit valas kepada debitur dengan pendapatan dalam valas. Pembiayaan seperti demikian, menurutnya telah membentuk natural hedging dengan sendirinya.
“Dulu, kami baiyai hotel di dalam sini, kan tarifnya hotel kan US dolar, padahal kenyatannya dibayarkan dengan rupiah, nah itu kami berikan juga kredit valas. Nah kalau sekarang tidak, hanya yang murni-murni yang benar-benar hasilnya ekspor yang kita biayai,” jelasnya.
Sejauh ini, pelemahan nlai tukar rupiah terhadap dolar yang masih terjadi juga sedikit berdampak kepada sebagian debitur existing di BNI. Terutama, kalangan debitur yang sebagian bahan produksinya mengandalkan impor.
“Paling yang perlu diwaspadai adalah yang menggunakan bahan bakunya impor, kami lihat juga berapa persen lokal containnya, berapa persen yang dalam negerinya, nah kita perkirakan, kalau ini naik berapa persen kenaikkan terhadap cost production-nya,”