Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah volatilitas yang terjadi di pasar modal, produk deposito perbankan dinilai menjadi alternatif pilihan menarik untuk memarkirkan dana sementara menunggu kondisi stabil.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksikan gejolak pasar dan volatilitas nilai tukar rupiah yang terjadi pada periode Agustus—September 2018 akan mendongkrak pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan, terutama deposito.
Anggota Dewan Komisioner LPS Destry Damayanti mengatakan bahwa sampai dengan Juli, pertumbuhan kredit masih mencapai dua digit, sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) masih cenderung melamban.
Memasuki kuartal III/2018, lanjutnya, kondisi tersebut kemungkinan akan sedikit berubah seiring dengan gejolak pasar yang cukup keras terjadi pada Agustus—September. “Karena investor takut taruh di pasar modal, [akibat] gejolak yang luar biasa, maka akan ada dampak positif ke DPK perbankan,” katanya kepada Bisnis, Selasa (25/8).
Menurutnya, kebanyakan pemilik dana saat ini masih cenderung mengedepankan unsur risiko dalam berinvestasi. Ketika kondisi pasar modal bergejolak, produk deposito perbankan menjadi salah satu satu alternatif investasi safe haven yang akan dipilih masyarakat.
Selain itu, menyusul penyesuaian suku bunga penjaminan LPS yang dilakukan pada beberapa waktu lalu, perbankan juga cenderung langsung menaikkan suku bunga deposito mereka. Hal ini memungkinkan pertumbuhan DPK lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Baca Juga
Berdasarkan data LPS, sampai dengan akhir Agustus 2018, rata-rata suku bunga deposito rupiah tercatat pada level 4,81%, naik 9 bps dari bulan sebelumnya. Selain itu, rata-rata suku bunga minimum terpantau naik 5 bps menjadi 4,81%.
Di sisi lain, deposito valas mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8 bps, sedangkan suku bunga rata-rata maksimal dan minimum naik 8 bps dan 13 bps. Kenaikan terjadi secara gradual di semua kelompok bank, tetapi didominasi oleh bank umum kegiatan usaha (BUKU) III dan IV.