Bisnis.com, BERN, Swiss - Para pemain di industri financial technology (fintech) di Indonesia membidik adopsi teknologi dari pelaku industri fintech di Swiss.
Adrian Asharyanto Gunadi, Ketua Asosiasi Fintek Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyebutkan hal yang menjadi isu utama bagi pelaku industri fintech di Indonesia masih lebih mengandalkan sisi finansial. Sementara itu, sisi pemanfaatan teknologi untuk pelaku fintech di Swiss lebih krusial.
"Harapan ke depan, ini berbeda. Harapan kami, dari sini kami bisa mengadopsi teknologi fintech di Swiss. Bagaimana machine learning-nya, artificial intelligence supaya lebih secure dan transparan, kemudian kita bawa untuk pasar di Indonesia. Kami perkuat lagi teknologi para pemain fintech," katanya di Bern, Selasa (6/11/2018).
Dia menambahkan, industri fintech di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam 3 tahun terakhir, terutama di bidang pembayaran dan pinjaman langsung tunai atau peer to peer lending.
Dia melanjutkan, tahun ini, pelaku usaha fintech di Indonesia mulai masuk ke bidang equity crowdfunding, reksadana, dan money market.
Adapun, AFPI merupakan asosiasi baru di sektor fintech untuk menaungi bidang peer to peer lending yang mengalami pertumbuhan sangat cepat. Anggota AFPI saat ini mencakup para pemain peer to peer lending terdaftar di OJK yang telah mencapai 73 perusahaan.
Baca Juga
Saat ini, asosiasi tersebut sedang menyiapkan sejumlah program kerja. Beberapa di antaranya terkait dengan standardisasi penagihan, program edukasi kepada masyarakat, dan standardisasi perlindungan data konsumen.
Sementara itu, Co-founder PT Investree Radhika Jaya (Investree) Amiruddin mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi perusahaan fintech di Indonesia adalah ketersediaan sumber daya manusia yang ahli di bidang finansial dan teknologi.